kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

BI waspadai masuknya yuan ke mata uang IMF


Jumat, 27 November 2015 / 06:19 WIB
BI waspadai masuknya yuan ke mata uang IMF


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Rencana Lembaga Moneter Internasional (IMF) yang akan memasukan Yuan, mata uang China, ke dalam keranjang mata uang special drawing rights (SDR) pada 30 November mendatang membuat Bank Indonesia (BI) waspada.

BI menilai People's Bank of China (PBOC) bisa kembali mendevaluasi atawa melemahkan mata uangnya, Yuan atawa Renminbi. Di mata BI, devaluasi dilakukan agar Yuan dapat bersaing dengan Yen Jepang, dan Won Korea.

Tak ayal, kebijakan ini berdampak ke Indonesia yang merupakan salah satu mitra dagang terbesar Negeri Panda tersebut. Masuknya Yuan ke SDR, juga akan merefleksikan kondisi ekonomi China dan hubungan perdagangan dengan dunia internasional. Sebab itu, Indonesia harus bersiap-siap dengan keputusan IMF.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, jika yuan menjadi salah satu mata uang referensi di IMF, ini bisa membuka peluang bagi Indonesia dalam melakukan kegiatan perdagangan dengan China.

Selama ini, mata uang yang digunakan dalam sistem pembayaran perdagangan internasional hanyalah dollar Amerika Serikat (AS).

Selain itu, mantan Menteri Keuangan ini menilai, Indonesia sudah siap memegang Yuan sebagai salah satu mata uang dalam cadangan devisa. Indonesia pun masih memiliki fasilitas bilateral swap (BSA) dengan Negeri Tirai Bambu, sebesar US$ 15 miliar. Dan sepakat ditambah US$ 5 miliar menjadi US$ 20 miliar.

Agus mengaku, tambahan komitmen BSA memasuki proses administrasi dan dokumentasi mulai awal Desember mendatang. "Mungkin paling lambat di Januari 2016 sudah bisa ditandatangani," katanya, Kamis (26/11).

Sekadar mengingatkan, Agustus lalu, PBOC secara tiba-tiba mendevaluasi Yuan hingga 1,9%. Kebijakan ini dibuat agar ekspor China tidak turun lebih dalam lagi.

Ekonomi melemah

Kemungkinan PoBC mendevaluasi Yuan juga terbaca dari tren ekonomi China yang melemah. Perlemahan ekonomi China kini makin kentara. Diperkirakan ekonomi China tahun depan melambat sebesar 0,5%, dari 6,8% di 2015 menjadi 6,3% pada 2016.

Agus menjelaskan, setiap risiko penurunan pertumbuhan ekonomi China sebesar 1%, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia terkoreksi sebesar 0,4%-0,6%. Apalagi, harga komoditas tahun depan juga belum akan membaik.

Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih pun memprediksi, yuan berpotensi menguat setelah IMF mengumumkan Yuan sebagai mata uang SDR. Di saat penguatan itu, Bank Sentral China bakal menambah jumlah peredaran Yuan agar tidak menguat. Tapi dalam jangka panjang, Yuan berpotensi menguat terhadap dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×