Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Bank Indonesia memperkirakan defisit transaksi berjalan pada triwulan III-2014 akan lebih rendah dibandingkan dengan triwulan II-2014. Direktur Eksekutif Departemen Statistik Bank Indonesia Hendy Sulistiowati menyatakan, hal ini sesuai dengan pola musimannya dan juga mulai kembalinya ekspor mineral.
Hendy bilang, permintaan domestik yang terkendali dan nilai tukar rupiah yang dalam beberapa waktu terakhir telah terdepresiasi ke arah nilai fundamentalnya, akan mengurangi impor barang dan jasa. Neraca perdagangan barang diperkirakan kembali mencatatkan surplus, sementara defisit neraca jasa, neraca pendapatan primer, akan menurun.
"Kembali dimulainya kegiatan ekspor tembaga mentah diperkirakan akan berkontribusi positif terhadap kinerja ekspor nonmigas di tengah perkiraan pertumbuhan harga komoditas global yang kembali menurun," kata Hendy di Gedung BI, Jakarta, Jumat (15/8).
Selain itu, ekspor manufaktur juga diperkirakan akan membaik sejalan dengan terus berlanjutnya pemulihan di negara maju. Pada sisi transaksi modal dan finansial, aliran masuk modal asing pada triwulan III-2014 diperkirakan masih tetap kuat di tengah berlanjutnya ketidakpastian pasar keuangan global, terkait ekspektasi kenaikan suku bunga di Amerika Serikat atau Fed Fund Rate, serta meningkatnya ketegangan geopolitik di beberapa kawasan dunia.
Pada Juli 2014, terjaganya persepsi positif investor terhadap ekonomi dalam negeri telah mendorong investor asing untuk membukukan net beli pada instrumen keuangan rupiah. Hal ini utamanya pada saham dan surat utang negara (SUN).
"Bank Indonesia akan terus memonitor berbagai perkembangan baik domestik maupun eksternal yang dapat mengganggu tercapainya perbaikan kinerja transaksi berjalan dan memastikan agar dinamika perekonomian nasional berjalan dengan sehat dan berkelanjutan," ujarnya.
Lebih lanjut Hendy menambahkan, dalam jangka menengah dan jangka panjang, bank sentral berkeyakinan bahwa kinerja NPI akan semakin sehat sejalan dengan bauran kebijlakan moneter dan makroprudensial yang ditempuh. Selain itu, hal ini juga ditopang oleh langkah reformasi struktural yang akan ditempuh Pemerintah, baik di sektor riil maupun di sektor migas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News