Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Defisit transaksi berjalan membengkak jadi US$ 9,1 miliar atau 4,27% dari PDB pada triwulan II 2014. Defisit neraca migas yang melebar jadi salah satu penyebab utama defisit naik dibanding triwulan sebelumnya.
Kepala Ekonom BII Juniman berpendapat, kinerja neraca transaksi berjalan tanah air akan selalu menuai defisit yang besar selama tidak ada kebijakan mengenai impor minyak. Apabila ingin neraca transaksi berjalan membaik maka harus buat kebijakan soal minyak yaitu kenaikan harga BBM bersubsidi. "Harus berani naikkan harga," ujarnya ketika dihubungi KONTAN, Kamis (14/8).
Sedangkan di sisi ekspor susah diharapkan lantaran ekonomi global yang melambat. Hingga akhir tahun Juniman melihat defisit akan berada pada kisaran 2,9%-3,3% dari PDB.
Dampak CAD yang melebar terhadap rupiah, diakui Juniman sudah diperhitungkan pasar. Karena itu rupiah dalam waktu dekat akan bergerak pada level 11.500-11.800 per dolar Amerika. Ekonom Samuel Asset Manajemen Lana Soelistianingsih menilai membengkaknya defisit akan berpengaruh terhadap rupiah.
Rupiah dalam seminggu ke depan bisa melemah ke 11.700-11.800. Harapannya, pada triwulan III dan IV ketika penyerapan belanja pemerintah serta investasi lebih tinggi maka pertumbuhan ekonomi bisa lebih baik.
Kalau pertumbuhan lebih baik setidaknya defisit bisa mengempis. Investor pun akan nyaman untuk masuk dengan kepastian politik. "Neraca pendapatan pun bisa tinggi," pungkas Lana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News