Sumber: Reuters | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan pada level 6,00% dalam rapat kebijakan moneter yang dijadwalkan pada hari Rabu.
Hal ini didukung oleh hasil survei Reuters yang melibatkan 31 ekonom, di mana sedikit lebih dari separuhnya, tepatnya 17 responden, memprediksi BI tidak akan mengubah suku bunga.
Keputusan ini didorong oleh upaya menjaga stabilitas rupiah di tengah tekanan eksternal, meskipun kondisi domestik cenderung mendukung penurunan suku bunga.
Stabilitas Rupiah Jadi Prioritas Utama
Penurunan nilai tukar rupiah hampir 6% terhadap dolar AS sejak puncaknya pada bulan September menjadi alasan utama Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan.
Sebagai bank sentral yang bertanggung jawab menjaga stabilitas mata uang, BI dihadapkan pada tantangan besar akibat ketidakpastian global, terutama dari kebijakan ekonomi Amerika Serikat.
Baca Juga: Rupiah Sempat Tembus Rp 16.000, Ruang Penurunan BI-Rate Tertutup di Desember 2024
Radhika Rao, ekonom senior dan direktur eksekutif DBS Bank di Singapura, menyatakan bahwa BI kemungkinan besar akan mengambil langkah hati-hati.
"Inflasi dan pertumbuhan memang mendukung pendekatan dovish, tetapi pelemahan rupiah menjadi perhatian utama pembuat kebijakan di tengah ketidakpastian yang dipicu oleh AS," jelas Rao.
Faktor Domestik: Inflasi dan Pertumbuhan yang Moderat
Secara domestik, indikator ekonomi Indonesia menunjukkan perlambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga, yang merupakan kontributor terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Selain itu, inflasi nasional berada di ujung bawah target BI sebesar 1,5%-3,5%. Kondisi ini sebenarnya memberikan ruang bagi bank sentral untuk melonggarkan kebijakan moneter.
Namun, 14 dari 31 ekonom yang disurvei masih berharap BI memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin. Mereka berargumen bahwa langkah tersebut dapat mendorong aktivitas ekonomi domestik di tengah tekanan eksternal.
Ekspektasi Penurunan Suku Bunga yang Lebih Rendah
Median survei menunjukkan ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh BI berkurang dibandingkan beberapa bulan sebelumnya.
Para ekonom kini memprediksi penurunan hanya sebesar 75 basis poin hingga akhir 2025, turun dari 100 basis poin yang diproyeksikan dalam survei sebelumnya.
Perubahan ini sejalan dengan ekspektasi terhadap kebijakan Federal Reserve AS, yang diperkirakan akan menurunkan suku bunga sebesar 75 basis poin tahun depan.
Baca Juga: Rupiah Diprediksi Kembali Melemah Pekan Ini, Simak Sentimen Pemicunya
Dampak Ketidakpastian Ekonomi Global
Faktor eksternal yang signifikan memengaruhi keputusan Bank Indonesia adalah potensi inflasi di Amerika Serikat yang dipicu oleh kebijakan tarif impor dari Presiden AS terpilih, Donald Trump.
Kebijakan ini dapat meningkatkan inflasi di AS, mendorong kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS, dan memperkuat dolar AS untuk jangka waktu yang lebih lama.
Ekonom dari ANZ mencatat bahwa meskipun BI tetap mempertahankan bias kebijakan pelonggaran, ruang untuk menurunkan suku bunga menjadi terbatas.
"Perkembangan politik di AS dan prospek inflasi serta penguatan dolar AS telah mempersempit ruang untuk pelonggaran lebih lanjut," ujar ekonom tersebut.
Selanjutnya: Cuaca di Kepulauan Riau Sepanjang Hari Ini dan Besok Dominan Cerah Berawan
Menarik Dibaca: Harga Bitcoin Cetak Rekor Tertinggi Baru, Ini Prediksi Robert Kiyosaki di 2025 Nanti
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News