Reporter: Grace Olivia | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan mata uang yuan China menjadi risiko baru bagi pasar global. Pasalnya, ini telah menjadi babak baru perang dagang antara dua ekonomi raksasa dunia Amerika Serikat (AS) dan China.
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo menjelaskan, BI fokus memitigasi risiko yang dapat mengganggu ekonomi makro dan stabilitas keuangan domestik.
Baca Juga: Binaartha Sekuritas: Ada hikmah currency war pada IHSG dan emiten BEI
“Dalam beberapa tahun terakhir, kita telah melihat bahwa sumber tekanan pada pasar keuangan global tidak hanya berasal dari AS tetapi juga dari berbagai belahan dunia,” kata Dody kepada Kontan.co.id, Selasa (6/8).
Risiko tekanan tersebut, lanjut Dody, antara lain berasal dari Eropa seperti krisis utang Yunani dan referendum Brexit, serta dari China terkait posisi mata uangnya (Chinese Yuan fixing).
Baca Juga: Yuan melemah drastis, ini tanggapan Bank Indonesia (BI)
Dody menegaskan, BI siap selalu mempertimbangkan berbagai risiko tersebut. Pertimbangan terhadap faktor risiko juga menjadi bekal BI menentukan arah kebijakan moneter ke depan.
“Risiko potensial, dari sumber mana pun, dihitung oleh BI dan akan dipertimbangkan dalam perumusan bauran kebijakan,” tuturnya.
Terkait pelemahan rupiah akibat sentimen negatif pasar, Dody mengatakan BI tetap berada di pasar untuk memastikan nilai rupiah tetap sejalan dengan fundamentalnya. Intervensi yang dilakukan BI meliputi intervensi di pasar spot, pasar SBN, maupun Domestic Non Delivery Forward (DNDF).
Baca Juga: Pagi ini, kurs yuan terhadap rupiah melemah 0,4%