Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas melambung tinggi akibat ketegangan geopolitik Rusia dan Ukraina. Bank Indonesia (BI) memandang, ini akan memberi imbas pada peningkatan harga komoditas Indonesia.
Gubernur BI, Perry Warjiyo mengambil contoh, harga minyak Indonesia diperkirakan akan meningkat secara rata-rata di kisaran US$ 85 per barel hingga US$ 86 per barel.
“Kami memperkirakan harga minyak Indonesia akan mengalami kenaikan, yaitu lebih tinggi secara rerata. Bahkan lebih tinggi daripada asesmen kami pada bulan Februari 2022 yang berkisar antara US$ 67 hingga US$ 70 per barel,” tutur Perry, Kamis (17/3) via video conference.
Baca Juga: BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tetap Kuat pada 2022
Tentu saja ini akan berdampak pada harga komoditas yang lain. Ia mengambil contoh, indeks harga komoditas ekspor Indonesia diperkirakan bisa meningkat hingga 10,5%.
Padahal, pada asesmen pada bulan Februari 2022 lalu, para dewan gubernur BI memperkirakan indeks harga komoditas ekspor Indonesia hanya meningkat 4,2%.
Namun, Perry menekankan perhitungan ini bisa saja berubah karena sangat bergantung dengan seberapa lama kondisi perang ini berlangsung. Apalagi, sudah ada berbagai upaya untuk meredam konflik ini.
Baca Juga: BI: Dampak Konflik Rusia-Ukraina ke Ekonomi RI Bisa Lewat 3 Jalur
“Apakah sementara? Atau akan berlanjut? Ini nanti akan sejalan dengan upaya-upaya solusi geopolitik yang berlangsung,” tandas Perry.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News