Sumber: Antara | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo memperkirakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi di Februari 2018 ini akan mengerek inflasi secara langsung.
"Dalam rapat Februari kita sudah melihat potensi, dan kita melihat tekanan kalau seandainya nilai tukar melemah dan berdampak pada 'imported inflation', tetapi secara umum inflasi kita masih sesuai target inflasi yaitu 3,5 plus minus satu %," kata Agus di sela Konferensi Tingkat Tinggi BI-IMF "New Growth Models in a Changing Global Landscape" di Jakarta, Selasa (27/2).
Berdasarkan Survei Pemantauan harga BI hingga pekan ketiga Februari 2018, inflasi bulanan di Februari ini sebesar 0,19 % dan secara tahun ke tahun sebesar 3,25 % (yoy). Namun, perkiraan inflasi tersebut belum merekam dampak dari kenaikan harga BBM nonsubsidi.
"Kita tahu ada risiko inflasi dengan harga minyak dunia yang meningkat. Kalau kita dengar yang terakhir sudah disesuaikan tentu ada dampak inflasi," ujar dia.
Bank Sentral memperkirakan harga minyak dunia tahun ini akan berada di kisaran US$ 60 per barel. Perkiraan itu meningkat dari proyeksi BI sebelumnya yang sebesar US$ 52 per barel.
PT Pertamina (Persero) menetapkan harga baru jenis bahan bakar minyak umum atau bahan bakar minyak nonpenugasan yang berlaku mulai pada Sabtu, 24 Februari 2018 pukul 00.00 waktu setempat.
Untuk jenis BBM Pertamax per liternya di wilayah Jakarta naik dari Rp8.600 menjadi Rp8.900. Sementara Pertamax Turbo naik dari Rp9.600 menjadi Rp10.100.
Kemudian, untuk daftar harga PertaminaDex dalam tabel resmi, naik dari sebelumnya Rp9.250 per liter menjadi Rp10.000. Sedangkan untuk Dexlite naik dari sebelumnya RP7.500 menjadi Rp8.100.
Namun, untuk jenis BBM Pertalite, Premium dan Solar tidak mengalami perubahan harga. Data tersebut dilansir pada tanggal 24 Februari 2018. Data memuat harga dari Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam hingga Papua.
Berdasarkan data tabel di situs Pertamina, untuk BBM jenis Pertalite, harga tertinggi ada di tiga provinsi yaitu Riau, Kepulauan Riau dan Batam dengan nilai Rp8.000 per liternya.
Sedangkan jenis Pertamax di Provinsi Papua Barat mencatatkan harga tertinggi yaitu sebesar Rp11.550. Kemudian untuk solar nonsubsidi harga tertinggi ada di provinsi Papua dengan nilai sebesar Rp9.100.
Kenaikan terjadi tidak hanya di Jakarta, namun juga di beberapa daerah lainnya. Misalnya, untuk wilayah Sumatera, harga Pertamax mayoritas naik sebesar Rp100 untuk per liternya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News