kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

BI pertahankan kebijakan moneter ketat


Kamis, 21 Agustus 2014 / 19:33 WIB
BI pertahankan kebijakan moneter ketat
ILUSTRASI. Sebelum memutuskan, simak beberapa perbedaan tes IELTS dan TOEFL berikut ini yang sering dijadikan persyaratan kuliah dan bekerja di luar negeri.


Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mengambil posisi kebijakan moneter ketat dengan mempertahankan suku bunga pada level 7,5% sejak November 2013. Otoritas moneter ini cenderung mempertahankan kebijakan ketat hingga defisit transaksi berjalan mengarah pada level yang menurut BI sehat.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan BI mempunyai perhatian pada kondisi neraca transaksi berjalan. BI akan mengarahkan defisit menuju level yang berkelanjutan yaitu 2,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Oleh sebab itu, hingga sekarang ini BI tetap mempertahankan posisi suku bunga pada 7,5%. Data terakhir, defisit transaksi berjalan pada triwulan II 2014 mencapai US$ 9,1 miliar atau 4,27% dari PDB. Hingga akhir tahun BI memperkirakan defisit sebesar US$ 27 miliar atau 3,2% dari PDB. Nilai tersebut turun dibanding tahun 2013 lalu yang sebesar US$ 29 miliar atau 3,33% dari PDB.

"Sekarang 2014 transaksi berjalan masih akan ada di kisaran 3%. Kita harus terus usaha menyehatkan agar itu jadi di kisaran yang suistanable yaitu 2,5%," ujar Agus, Kamis (21/8).

Bukan tanpa alasan BI memfokuskan diri pada transaksi berjalan, sejak tahun 2011 hingga sekarang neraca transaksi berjalan tiap triwulan terus mengalami defisit.

Mengenai kapan perkiraan BI defisit transaksi berjalan akan mengarah pada 2,5%, Mantan Menteri Keuangan ini belum dapat memberikan jawaban. Yang pasti, diakui Agus, perbaikan ke arah 2,5% belum dapat terjadi pada tahun 2015.

Yang perlu disikapi adalah defisit pada neraca migas yang terus menjadi persoalan. Asal tahu saja, defisit migas dari Januari-Juni 2014 sebesar US$ 6,11 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×