kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

BI perkirakan inflasi Juni pada kisaran 0,3%


Rabu, 25 Juni 2014 / 17:11 WIB
BI perkirakan inflasi Juni pada kisaran 0,3%
ILUSTRASI. Cara mengatasi insomnia.


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mengungkapkan, secara umum perkembangan harga-harga cenderung meningkat dan mencapai level yang tinggi pada bulan puasa atau t-1 atau satu bulan sebelum lebaran.

Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Doddy Zulverdi mengungkapkan, harga-harga komoditas bahan pokok akan mulai mereda pada saat idul fitri (t) dan akan terjadi koreksi cenderung deflasi pada satu bulan setelah idul fitri (t+1).

Menurut Doddy, hal ini tercermin pada perkembangan harga bahan kelompok pangan atau volatile food pada satu bulan sebelum idul fitri yang secara rata-rata pada tiga tahun terakhir mencapai sekitar 2% secara bulanan atau month to month di luar 2013 karena kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang sempat melonjak tajam hingga 6%.

Pada saat idul fitri, tekanan inflasi volatile food mereda menjadi sekitar 1,5% secara mtm dan setelah idul fitri data historis menyebutkan secara rata-rata terjadi koreksi harga yang cukup dalam bahkan deflasi sekitar 1,5%. Pada 2013 lalu, setelah idul fitri, secara rata-rata koreksi harga bahkan mencapai -3,38% secara mtm.

"Perkembangan inflasi volatile food tersebut tercermin pada inflasi IHK (indeks harga konsumen) dengan pola yang serupa yaitu meningkat di saat bulan puasa, mencapai level yang tinggi saat idul fitri dan kemudian koreksi pada bulan selanjutnya," jelas Doddy di Gedung BI, Jakarta, Rabu (25/6).

Doddy menjelaskan, ruang deflasi pasca lebaran tahun ini tidak cukup besar. Karena dalam kesempatan yang sama, terdapat rencana kenaikan tarif tenaga listrik, kenaikan harga elpiji 12 kilogram tahap II, kenaikan harga tarif kereta api ekonomi jarak jauh dan menengah serta kenaikan tarif batas atas angkutan udara.

Meski begitu, lanjut Doddy, pola inflasi yang terjadi setelah lebaran, cukup rendah. Karena itu, bank sentral memperkirakan inflasi bulanan atau month to month (mtm) pada Juni adalah 0,3%-0,4%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan inflasi dari bulan Mei yang berada di level 0,16% secara mtm.

Doddy juga mengungkapkan, inflasi secara tahunan pada Juni mencapai 6,6%. Meski angka ini meningkat dibanding bulan-bulan sebelumnya, namun masih di bawah angka perkiraan inflasi Juni dalam lima tahun terakhir yang sebesar 0,56%.

"Polanya memang konsisten. Menjelang Lebaran inflasi naik, tapi sejauh ini masih normal," ujar Doddy.

Sesuai pola, inflasi pada Juli juga masih akan meningkat. Bank Indonesia memperkirakan inflasi akan berada di atas 0,4%, tapi masih akan tetap berada di bawah 1%. Hal ini karena momentum idul fitri berada pada akhir bulan Juli. Sehingga, efek inflasi akan lebih terasa pada bulan Agustus.

"Tren inflasi pada Juli masih akan naik, tapi akan melambat. Tantangannya tentu agar dampak pola inflasi musiman ini tidak terlalu besar, karena ada rencana pemerintah untuk naikkan sejumlah tarif serta dampak El Nino yang terjadi pada beras, CPO dan beberapa komoditas lainnya. Namun dengan bobot yang besar di IHK, pemerintah closely monitor dampak El Nino pada komoditi beras, terutama jika intensitasnya meningkat dari moderat menjadi kuat," kata Doddy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×