kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45930,39   2,75   0.30%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BI pastikan arah kebijakan moneter bakal longgar di tahun 2021, ini tanggapan ekonom


Minggu, 14 Februari 2021 / 19:32 WIB
BI pastikan arah kebijakan moneter bakal longgar di tahun 2021, ini tanggapan ekonom
ILUSTRASI. Bank Indonesia. REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana


Reporter: Bidara Pink | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) kembali menekankan bahwa arah kebijakan moneter di tahun 2021 adalah suku bunga rendah dan likuiditas longgar, sampai ada tanda tekanan inflasi meningkat. Dalam hal suku bunga acuan yang rendah, BI sudah menurunkan suku bunga acuan hingga 3,75% pada tahun 2020 lalu. 

Dalam hal likuiditas longgar, Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut, hingga 4 Februari 2021 BI sudah melakukan quantitative easing (QE) sebesar Rp 14,16 triliun, melanjutkan guyuran likuiditas yang telah dilakukan pada tahun 2020 yang sebesar Rp 726,6 triliun atau setara 4,71% PDB. 

Dengan situasi terkini, ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira melihat, BI kemungkinan mengurangi kebijakan longgarnya. 

Hal ini didorong beberapa alasan. Pertama, terkait dengan pergerakan inflasi. Bhima melihat, saat ini Indonesia sedang memasuki musim hujan dengan curah hujan yang tinggi. Tak hanya itu, ada beberapa daerah yang mengalami bencana alam. Belum lagi, ada peningkatan harga komoditas pangan internasional. 

Baca Juga: Ekonom Bank Mandiri prediksi neraca dagang Januari 2021 surplus US$ 1,65 miliar

“Ini bisa mendorong inflasi yang lebih tinggi. Khususnya, menjelang Ramadhan. Kebijakan pelonggaran BI bakal berkurang. Jadi, arahnya pengetatan, bukan hanya soal likuiditas, tetapi suku bunga acuan bisa meningkat,” kata Bhima kepada Kontan.co.id.

Kedua, ada kekhawatiran taper tantrum, ketika bank sentral negara maju melakukan kebijakan tapering off. Meski, saat ini belum tahu kapan , tetapi Bhima sudah melihat ada indikasi inflasi yang meningkat di Amerika Serikat (AS) juga kenaikan permintaan agregat. Bisa jadi, tapering off terjadi lebih cepat. 

Ketiga, masalah kapasitas BI dalam menggelontorkan likuiditas. BI sudah cukup besar dalam menyediakan likuiditas di tahun 2020. Bhima pun mempertanyakan, seberapa kuat BI akan melakukan “cetak uang” ini? Karena, kalau berlebihan bisa mengganggu kapasitas ke depan. 

Lebih lanjut, Bhima pun menyarankan saat ini kebijakan yang lebih perlu dilakukan oleh bank sentral adalah dengan mengendalikan harga pangan bersama dengan Tim Pengendalian Inflasi baik pusat maupun daerah. 

“Khususnya, mengawasi kelangkaan pasokan dan gangguan distribusi pangan baik pangan dalam negeri maupun impor. Pekerjaan rumah inflasi akan jadi topik utama sisi moneter hingga akhir tahun,” tandasnya. 

Selanjutnya: Prediksi sejumlah ekonom terkait neraca dagang Indonesia pada Januari 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet

[X]
×