Reporter: Herlina KD | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah menyebabkan Bank Indonesia (BI) melakukan intervensi di pasar mata uang. Alhasil, cadangan devisa pun mulai tergerus. Meski begitu, hingga saat ini, cadangan devisa dinilai masih dalam posisi aman.
Kepala Grup Hubungan Masyarakat Bank Indonesia (BI) Difi A. Johansyah menyatakan, hingga akhir Mei 2012, cadangan devisa sebesar US$ 111,5 miliar. "Jumlah tersebut cukup untuk membiayai 6,4 bulan impor," ujarnya seperti dikutip dalam siaran pers, Selasa (12/6).
Jika menghitung impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, cadangan devisa ini masih cukup selama 6,2 bulan. Jumlah cadangan devisa ini jauh lebih besar ketimbang ketentuan batas minimal yang ditetapkan IMF yang sekitar 3-4 bulan impor.
Sementara itu, BI juga memperkirakan pada kuartal kedua tahun ini, neraca pembayaran Indonesia akan lebih baik ketimbang kuartal pertama. Dalam hitungan BI, neraca pembayaran Indonesia pada kuartal kedua akan kembali mencatatkan surplus.
Hanya saja, laju impor yang masih cukup kuat di tengah perlambatan ekspor akan menyebabkan transaksi berjalan defisit, meski lebih rendah ketimbang kuartal satu tahun ini. Di sisi lain, meskipun ada tekanan arus modal keluar akibat sentimen global, BI memperkirakan surplus transaksi modal dan finansial masih cukup tinggi, sehingga mampu menutup defisit transaksi berjalan.
Ekonom BII Juniman mengungkapkan, pelemahan nilai tukar rupiah akhir-akhir ini membuat BI terus melakukan intervensi yang menguras cadangan devisa hingga US$ 5 miliar. Tapi, dia sepakat, cadangan devisa masih cukup aman, dan lebih tinggi dari rasio aman yang ditentukan IMF.
Meski begitu, Juniman bilang, pemerintah tidak boleh cepat puas dengan kondisi ini. Pasalnya, laju impor masih cukup tinggi. "Jika impor tak terkendali di tengah ketidakpastian ekonomi global, maka cadangan devisa bisa terus tergerus," ujarnya.
Apalagi, gejolak ekonomi global membuat peluang keluarnya arus modal asing dari Indonesia masih terbuka lebar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News