Reporter: Mochammad Fauzan | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah menyatakan, bila dilihat dari segi kondisi fundamental ekonomi domestik sekarang ini, nilai kurensi mata uang rupiah seharusnya akan terus menguat dalam beberapa waktu ke depan.
Dengan begitu, Nanang mengisyaratkan, penguatan rupiah dalam waktu ke depan akan berjalan lebih halus (smooth) dan bertahap.
Nanang menambahkan, bahwa penguatan nilai rupiah dalam beberapa hari terakhir ini lebih banyak dibentuk harga dari mekanisme pasar dan bukan karena semata-mata dominasi intervensi Bank Indonesia (BI).
"Hitungan tim ekonomi BI rupiah dalam kondisi sekarang 'undervalue' artinya masih ada ruang rupiah menguat lebih lanjut." ujar Nanang, Kamis (10/1).
BI tetap akan melakukan lelang di pasar Domestic Non Delivery Forward (DNDF) untuk memfasilitasi kebutuhan valas dan lindung nilai, serta menjaga pergerakan di level psikologis nilai tukar dari pengaruh volatilitas pasar NDF luar negeri.
Menguatnya nilai mata uang rupiah dalam beberapa hari terakhir ini juga disebabkan tekanan ekonomi global yang mulai mereda. Ada beberapa faktor yang menyebabkan belakangan ini rupiah sangat perkasa yakni berkurangnya tekanan ekonomi global karena hasil positif dari pertemuan AS dan China terkait rekonsiliasi perang dagang, dan juga kenaikan suku bunga dari bank sentral AS, The Federal Reserve yang diperkirakan tidak agresif.
Bank Sentral lebih banyak melakukan intervensi melalui Domestik NDF ketimbang langsung di pasar spot. Hingga Januari 2019, volume transaksi (outstanding) DNDF mencapai 1,2 miliar dolar AS dengan 13 bank sebagai peserta aktif.
Volume itu menurut Nanang sangat baik, apalagi pasar DNDF baru dibuka pada November 2018. "Banyak juga korporasi yang sudah bertransaksi, seperti BUMN nanti menyusul. Mata uangnya selain dolar AS, ada dari yen dan euro." ucapnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News