kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.303.000   7.000   0,30%
  • USD/IDR 16.584   -33,00   -0,20%
  • IDX 8.251   84,91   1,04%
  • KOMPAS100 1.131   14,37   1,29%
  • LQ45 800   15,27   1,95%
  • ISSI 291   1,34   0,46%
  • IDX30 418   7,16   1,74%
  • IDXHIDIV20 473   8,42   1,81%
  • IDX80 125   1,66   1,35%
  • IDXV30 134   1,28   0,97%
  • IDXQ30 131   2,43   1,89%

BI mencatat transaksi produk lokal di e-commerce hanya 6%-7% saja


Minggu, 20 Oktober 2019 / 20:25 WIB
BI mencatat transaksi produk lokal di e-commerce hanya 6%-7% saja
ILUSTRASI. Ilustrasi belanja online. KONTAN/Muradi/2017/12/05


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Saat ini Bank Indonesia (BI) sudah bisa mengawasi transaksi di e-commerce. BI melakukan pengawasan lewat machine to machine (M2M), sehingga bisa tahu pergerakan e-commerce dari dalam.

"Tanpa mereka menyampaikan apa-apa kita tahu pergerakan mereka dari detik ke detik. Kita sudah bisa merogoh mereka dari dapur," ujar Direktur Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran BI Ida Nuryanti kepada Kontan.co.id, Rabu (16/10).

Baca Juga: BI sebut banyak produk impor masuk lewat e-commerce, begini respons Tokopedia

Hanya saja, dari transaksi tersebut, BI mendapat pola baru yang berkembang di dalam negeri, yaitu masuknya produk luar negeri ke Indonesia, terutama dari China.

Menurut Ida, dalam transaksi di e-commerce tersebut hanya ada 6% - 7% transaksi produk lokal. Selebihnya adalah transaksi produk dari luar tersebut. Itu yang akhirnya menjadi tantangan tersendiri bagi negeri, terutama bagi produk dalam negeri.

Selain itu, perhitungan transaksi e-commerce pun diakui Ida sudah dimasukkan dalam perhitungan untuk menghitung pertumbuhan ekonomi Indonesia. Karena salah satu pilar pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah konsumsi.

Dari pemantauan transaksi tersebut, BI bisa melihat daerah mana yang paling banyak melakukan konsumsi lewat e-commerce. Namun, menurut Ida, konsumsi yang dilakukan dalam e-commerce hanya terbatas di barang-barang tersier, seperti fashion dan elektronik.

Baca Juga: Intip potensi pajak e-commerce, Ditjen Pajak kerjasama dengan BI

"Jadi bukan basic consumption. Konsumsi juga sudah bergeser karena kondisi perekonomian," tambah Ida.

Sebagai tambahan informasi, hingga saat ini sudah ada 5 e-commerce besar yang sudah diawasi, antara lain Lazada, Shopee, Bukalapak, Tokopedia, dan Traveloka. Menurut BI, 5 e-commerce tersebut sudah bisa mewakili 80% e-commerce yang ada di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×