kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BI prediksi terjadi lagi deflasi 0,01% pada bulan September 2020


Jumat, 04 September 2020 / 15:43 WIB
BI prediksi terjadi lagi deflasi 0,01% pada bulan September 2020
ILUSTRASI. Pejalan kaki melintas di gedung kantor pusat Bank Indonesia (BI) Jakarta, (18/7).


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Setelah kembali mengalami penurunan harga (deflasi) pada Agustus 2020, Indeks Harga Konsumen (IHK) diprediksi masih akan mengalami deflasi.

Berdasarkan survei pemantauan harga Bank Indonesia (BI) pada minggu pertama September 2020, perkembangan harga nampak deflasi sebesar 0,01% mom.

"Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi September 2020 secara tahunan akan sebesar 1,46% yoy dan secara tahun kalender sebesar 0,92% ytd," ujar Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko dalam keterangan resmi yang diterima Kontan.co.id, Jumat (4/9).

Penyumbang utama deflasi pada periode laporan antara lain beras dari komoditas daging ayam ras yang turun 0,05% mom, bawang merah yang turun 0,03% mom, cabai merah dan telur ayam yang masing-masing turun 0,02% mom.

Baca Juga: Simak sentimen yang bakal menyeret pergerakan rupiah pada Jumat (4/9)

Selain itu, ada juga penurunan dari komoditas cabai rawit, jeruk, dan emas perhiasan yang masing-masing turun 0,01% mom.

Akan tetapi, masih ada beberapa komoditas yang masih mengalami peningkatan harga (inflasi) sehingga memberikan sumbangan pada inflasi dan menahan laju deflasi lebih dalam, seperti bawang putih dan minyak goreng yang masing-masing inflasi 0,01% mom.

Lebih lanjut, Onny mengatakan kalau bank sentral akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait guna memonitor secara cermat dinamika penyebaran Covid-19, terutama dampaknya terhadap kondisi perekonomian Indonesia.

Selain itu, BI Juga akan memperkuat koordinasi kebijakan lanjutan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia agar tetap baik dan berdaya tahan.

Selanjutnya: ​Menilik resesi ekonomi RI 1998, nilai tukar rupiah melemah hampir 8 kali lipat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×