kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.980.000   15.000   0,76%
  • USD/IDR 16.809   21,00   0,12%
  • IDX 6.445   6,79   0,11%
  • KOMPAS100 927   1,50   0,16%
  • LQ45 723   0,69   0,10%
  • ISSI 205   0,78   0,38%
  • IDX30 376   0,30   0,08%
  • IDXHIDIV20 454   -0,56   -0,12%
  • IDX80 105   0,18   0,17%
  • IDXV30 111   -0,22   -0,20%
  • IDXQ30 123   0,19   0,16%

BI ingin Indonesia kurangi ketergantungan dollar


Jumat, 04 September 2015 / 10:06 WIB
BI ingin Indonesia kurangi ketergantungan dollar


Sumber: Antara | Editor: Sanny Cicilia

BENGKULU. Bank Indonesia (BI) meminta masyarakat menggunakan mata rupiah dalam bertransaksi sehingga dapat mendukung penguatan kurs rupiah yang melemah dan menembus Rp14.160 per dolar AS pada Kamis (3/9).

"Ini fenomena global, bukan Indonesia saja yang merasakannya, tetapi negara lain juga, kita menyebut fenomena ini dengan super dollar, salah satu cara agar rupiah tidak terus tertekan yakni tidak tergantung kepada dollar," kata Kepala Grup Riset Ekonomi Direktorat Kebijakan Ekonomi Bank Indonesia, Yoga Affandi di Bengkulu, Jumat (4/9).

Tidak hanya transaksi domestik saja, tetapi juga untuk transaksi antarnegara, BI mengajak seluruh kalangan agar menggunakan rupiah, atau langsung menggunakan mata uang negara tujuan ekspor impor.

"Biasanya kalangan ekspor impor yakni pengusaha masih tetap menggunakan dolar walaupun transaksi itu berlangsung bukan dengan Amerika Serikat misalnya ke negara Tiongkok, ketergantungan dolar seperti ini menyumbang pelemahan nilai tukar rupiah," kata dia.

BI memiliki fasilitas transaksi ekspor impor tanpa harus menggunakan dolar, jadi langsung transaksi menggunakan mata uang rupiah atau mata uang negara tujuan transaksi.

"Namanya bilateral currency swap agreement atau (BCSA). Namun pengusaha belum menggunakan ini karena menilai dollar lebih likuid," kata dia.

BI juga meminta semua pihak agar tidak menyamakan melemahnya nilai tukar rupiah dengan Indonesia dalam kondisi krisis ekonomi.

"Indonesia masih jauh dari krisis, melemahnya nilai tukar rupiah tidak serta merta krisis. Ada banyak faktor (yang terjadi) jika krisis ekonomi, tidak fair jika hanya menilai dari nilai tukar rupiah saja," ujarnya.

Bahkan Indonesia jauh lebih baik nilai tukar mata uangnya, jika dibandingkan, negara Brasil, Meksiko, Afrika Selatan, Turki bahkan Malaysia. (Boyke LW)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×