kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.690.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.300   35,00   0,21%
  • IDX 6.636   18,15   0,27%
  • KOMPAS100 963   0,22   0,02%
  • LQ45 750   -3,09   -0,41%
  • ISSI 206   1,44   0,70%
  • IDX30 391   -0,88   -0,23%
  • IDXHIDIV20 470   -5,41   -1,14%
  • IDX80 109   -0,01   -0,01%
  • IDXV30 113   0,06   0,05%
  • IDXQ30 128   -0,77   -0,60%

BI indikasikan tekanan pada kenaikan harga 6 bulan lagi, begini respons ekonom


Rabu, 07 Agustus 2019 / 05:15 WIB
BI indikasikan tekanan pada kenaikan harga 6 bulan lagi, begini respons ekonom


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mengindikasi tekanan kenaikan harga pada enam bulan mendatang yakni pada Januari 2020 diprakirakan meningkat.

Hal ini tercermin dari Indeks Ekspektasi Harga (IEH) 6 bulan mendatang sebesar 174,9, meningkat dari 170,3 pada bulan sebelumnya.

Baca Juga: Pasokan Cabai Seret, Inflasi Juli Bergerak Cepat

Ekonom BCA David Sumual menilai sampai dengan Juli 2019 harga barang masih cukup stabil. Namun, kekhawatiran pasar karena pertumbuhan ekonomi kuartal II-2019 yang tercatat terkontraksi di level 5,05% menambah kekhawatiran pasar akan terjadi pelemahan harga sampai awal tahun 2020.

Dari eksternal perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China kembali memanas. Sehingga outlook ekspor-impor diramal bakal melempem. Dia mencermati pelemahan harga komoditas pun bakal mempengaruhi permintaan dan penjualan barang-barang tahan lama seperti motor dan mobil. Setali tiga uang, konsumsi bisa tergerus.

Dari internal ketidakpastian politik kembali merebak dalam masa transisi ini sampai dengan pelantikan pemerintahan baru pada Oktober mendatang. Presiden RI Joko Widodo pun mengimbau bahwa kepada menteri dan seluruh pembantunya untuk tidak mengeluarkan kebijakan strategis.

David menilai hal tersebut dilakukan karena pemerintah tidak ingin menjanjikan kebijakan selama struktur pemerintahan belum jelas. Sehingga dampak konsumsi dalam enam bulan ke depan masih negatif.

Di sisi lain, BI juga melaporkan ketersediaan lapangan kerja Juli berada di level 98,5 angka ini lebih kecil dari pada Juni di level 102,4. Kata David hal tersebut lantaran ketidakpastian politik dan kecenderung melihat outlook lapangan kerja sampai akhir tahun.

Baca Juga: Laju inflasi Jakarta Juli sebesar 0,25%

“Saya rasa masih cukup terkendali data dari BPS masih sehat, karena sampai saat ini juga tidak ada pengumuman perusahaan yang melakukan pemutusan hubungan kerja besar-besaran” kata David kepada Kontan.co.id, Selasa (6/8).

Ketua Asosias Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengatakan konsumsi bulan Juli melambat karena faktor musiman setelah melewati peak season. Selain itu ekspor komoditas melambat sehingga konsumsi masyarakat yang bergeliat di dalamnya ikut turun.

Tetapi, dia optimistis sampai dengan akhir tahun 2019 konsumsi masyarakat membaik. Hal ini didorong oleh meredanya beberapa sentimen seperti ketidakpastian politik, stabilitas tiket pesawat, senta insentif moneter dengan adanya pemangkasan suku bunga acuan BI yang bahkan masih terbuka potensi kembali turun.

Baca Juga: IMF evaluasi kinerja ekonomi Indonesia, berikut garis besarnya

Dari sisi pengusaha, Hariyadi menilai bahwasannya industri otomotif memang cenderung sedang lesu. Namun, stimulus moneter sekiranya dapat membantu kredit konsumsi yang juga bisa berdampak ke konsumsi rumah.

Dia menambahkan sekor usaha yang bakal kembali menunjang konsumsi adalah pariwisata atau hotel serta makanan dan minuman (mamin). “Tapi perlu diwaspadai ekspor minyak sawit bisa lanjut turun apalagi komitmen Uni Eropa (UE) menurunkan ekspor per September, batubara juga loyo,” kata Hariyadi kepada Kontan.co.id, Selasa (6/8).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×