Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - NUSA DUA. Pemanfaatan big data di Tanah Air semakin meluas dalam beberapa tahun belakangan, khususnya oleh industri komersial. Instansi pemerintah di Indonesia pun telah mulai memanfaatkannya. Makanya, Bank Indonesia (BI) juga tak mau ketinggalan.
Deputi Gubernur BI Erwin Rijanto mengatakan, sekitar 30% bank sentral di dunia turut memanfaatkan big data. Salah satunya, bank sentral Indonesia sejak tahun 2014 silam.
Menurut Erwin, pengetahuan baru, kecepatan dalam memproses, dan tempat penyimpanan data yang luas, memungkinkan bagi dunia mengembangkan big data saat ini. Maanfaat big data pun sangat banyak, utamanya yaitu menutup kesenjangan data. Bagi BI, big data memiliki peran penting dalam pengambilan keputusan kebijakan strategis bank sentral.
"Kalau kita mengharapkan data statistik yang dipublish, itu kita akan sangat tergantung dengan waktunya. Dengan adanya big data, kita bisa gunakan dalam waktu yang lebih cepat," kata Erwin saat konferensi pers seminar internasional big data, Kamis (26/7).
Dalam proses membangun pondasi yang kokoh untuk pemanfaatan big data, BI telah melaksanakan sejumlah pilot project yang menghasilkan sejumlah indikator baru yang mendukung proses perumusan kebijakan BI.
Pertama, indikator job vacancy. Proyek ini menggunakan sumber data tidak terstruktur (unstructured data) berupa teks iklan lowongan pekerjaan di portal lowongan pekerjaan online dan media cetak. Sumber data tersebut berpotensi digunakan sebagai leading indicator untuk indikator ketenagakerjaan yang kini tersedia secara semesteran.
"Kalau makin banyak lowongan pekerjaan yang dibuka oleh industri, itu indikasi bahwa ekonomi growing," kata Direktur Eksekutif Departemen Statistik BI Yati Kurniati.
Kedua, indikator pasar properti. Proyek ini akan menjadi pelengkap survei harga properti triwulanan BI yang telah ada. Selain itu, sama dengan proyek sebelumnya, proyek ini juga berpotensi digunakan sebagai leading indicator untuk mengetahui keadaan ekonomi terkini.
"Kalau kami survei, itu setiap triwulan dari coverage-nya terbatas. Sekarang ini kami sudah covering sekitar 55 kota besar baik yang tersedia di portal online, maupun yang kita text mining dari koran-koran," tambah Yati.
Ketiga, identifikasi struktur keterkaitan pelaku dalam sistem pembayaran. Berbeda dengan dua proyek sebelumnya, proyek ini menggunakan sumber data terstruktur berupa data transaksi Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS). Hasil pengolahan data ini kemudian digunakan sebagai indikator untuk pengawasan dalam rangka memitigasi risiko sistemik di sistem keuangan.
Keempat, identifikasi persepsi masyarakat terhadap perekonomian Indonesia, maupun ekspektasi masyarakat terhadap kebijakan Bank Indonesia. Proyek ini menghasilkan indikator ketidakpastian atas kebijakan ekonomi yang disebut indeks Economic Policy Uncertainty (EPU).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News