Reporter: Bidara Pink | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ada dua kemungkinan kebijakan yang diambil Bank Indonesia (BI) dalam Rapat Dewan Gubernur BI Januari 2023.
Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, BI berpotensi menahan suku bunga acuan di level 5,5%. Namun di sisi lain, BI juga mungkin mengerek suku bunga acuan 25 basis poin (bps).
"Di bulan ini ada dua opsi. Suku bunga acuan bisa saja ditahan dulu, atau naik 25 bps," tegas David kepada Kontan.co.id, Selasa (17/1).
Baca Juga: Bunga KPR Mendaki, Masyarakat Harus Rogoh Kocek Lebih Dalam Lagi
David menjabarkan alasannya. Kemungkinan suku bunga acuan tetap, seiring dengan tingkat inflasi yang lebih rendah dari perkiraan.
Pada akhir tahun 2022, inflasi bergerak di level 5,51% secara tahunan. Padahal, banyak pihak yang menduga inflasi tahun lalu akan lebih dari 6% secara tahunan.
Selain itu, pada Januari 2022 bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) juga tak mengadakan pertemuan di Januari 2023.
"Suku bunga acuan bisa ditahan, karena memang tidak ada urgensi di bulan Januari 2023. Terlebih, neraca internal dan eksternal juga baik," jelas David.
Namun, kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 bps juga mungkin terjadi.
Ini seiring dengan mewaspadai kenaikan inflasi di sektor jasa, setelah kenaikan harga barang dan harga pangan terjadi di akhir tahun 2022.
Kenaikan inflasi di sektor jasa juga seiring dengan daya beli masyarakat yang membaik, sehingga permintaan naik.
Baca Juga: Emiten Atur Strategi Menghadapi Cekikan Bunga Tinggi
Selain itu, memang The Fed tidak melakukan pertemuan pada bulan ini. Namun, ada kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga acuan sekitar 50 bps hingga 75 bps di pertemuan bulan depan.
"Sehingga kalau BI ingin mengambil langkah antisipatif, maka BI akan menaikkan suku bunga acuan sambil menunggu hasil The Fed," tandas David.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News