Reporter: Grace Olivia | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mengajak negara-negara G20 untuk terus mempererat kerja sama internasional dan mengimplementasikan bauran kebijakan guna memperkuat pemulihan dan mendorong pertumbuhan ekonomi global. Terutama di tengah munculnya berbagai tekanan ekonomi global, di antaranya Covid-19 ( Corona Viruse Disease 2019 ).
Dalam pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral negara-negara G20 yang dihadiri oleh Gubernur BI Perry Warjiyo, dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, pada 22-23 Februari 2020 lalu di Riyadh, Arab Saudi, negara-negara G20 juga sepakat memperkuat pemantauan terhadap risiko global, khususnya yang berasal dari Covid-19, serta sepakat untuk mengimplementasikan respon bauran kebijakan yang efektif, baik dari sisi moneter, fiskal, maupun struktural.
Baca Juga: Jemput Bola ke Nasabah, BRI Bekali Tenaga Pemasar dengan Fitur Cash Pick Up
"Di tengah prospek pertumbuhan ekonomi global yang meningkat moderat, potensi risiko masih relatif tinggi, termasuk ketegangan geopolitik, tensi perdagangan, dan ketidakpastian kebijakan,” terang Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko dalam keterangan resmi, Senin (24/2).
Pertemuan G20 tahun ini juga membahas tentang pesatnya perkembangan teknologi yang telah mengubah tatanan perekonomian global menuju ekonomi dan keuangan digital. Namun, akses dan partisipasi masyarakat, khususnya kelompok muda, perempuan, dan UMKM, dinilai belum optimal dan perlu ditingkatkan melalui pemanfaatan teknologi itu sendiri.
Di samping itu, pembukaan akses terhadap sumber pendanaan melalui pengembangan pasar modal domestik dan penguatan pengaturan dan pengawasan sektor keuangan di era ekonomi digital juga menjadi agenda Presidensi G20 Arab Saudi.
"Gubernur BI mendukung agenda Presidensi G20 Arab Saudi terkait pengembangan pasar modal domestik itu dan menggarisbawahi pentingnya resiliensi perekonomian sebagai fondasi pengembangan pasar modal domestik. Juga pentingnya peningkatan basis investor domestik, memitigasi volatilitas aliran modal, dan menjaga integritas pasar modal untuk mencegah fraud dan menjaga kredibilitas,” sambung Onny.
Baca Juga: Bakal terbitkan IGBF Basket Prices, BEI tunggu persetujuan Kemenkumham
Di sektor keuangan, G20 menyambut baik rencana Financial Stability Board (FSB), Committee on Payments and Market Infrastructure , dan Standard Setting Bodies (SSBs) lainnya dalam menyusun peta jalan (roadmap) penguatan sistem pembayaran lintas negara (cross border payments) dan mempersiapkan transisi suku bunga acuan dari London Interbank Offered Rate (LIBOR) yang akan dihentikan penggunaannya pada tahun 2021.
BI sendiri telah meluncurkan visi Sistem Pembayaran Indonesia 2025 yang menjadikan cross border payments sebagai salah satu elemen penting, termasuk mendukung partisipasi fintech dan digital payment services dalam mendorong cross border payments yang lebih efisien, aman dan murah.
“ Bi juga telah bekerja sama dengan otoritas terkait untuk mempersiapkan transisi LIBOR oleh perbankan di Indonesia, dan menekankan pentingnya kerja sama internasional dalam proses transisi tersebut,” tutur Onny.
Adapun, G20 di bawah Presidensi G20 Arab Saudi akan menyusun pedoman untuk meningkatkan inklusi keuangan secara digital kepada kelompok muda, perempuan, dan UMKM. Selain itu, pembahasan isu-isu penting lainnya di sektor keuangan masih berlanjut seperti pengaturan/pengawasan terkait global stablecoin (GSC), mengatasi fragmentasi pasar keuangan, meningkatkan ketahanan siber ( cyber resilience ), evaluasi dampak dari implementasi agenda reformasi di sektor keuangan, termasuk terhadap kondisi Too Big To Fail (TBTF).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News