Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Dessy Rosalina
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo resmi akan kembali bertanding memperebutkan Kursi Jateng 1 setelah dideklarasikan oleh PDIP Minggu (7/1) pagi.
Selain PDIP, Ganjar yang akan berpasangan dengan Taj Yasin Maimoen (Gus Yasin) juga diusung oleh PPP, dan Partai Demokrat. Partai Demokrat jadi yang paling akhir mendeklarasikan dukungannya pada Minggu (7/1) Sore.
Mengenai dukungan oleh Partai Demokrat, Ganjar mengatakan bahwa ia sudah lama berkomunikasi dengan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono.
"Komunikasi dengan pak SBY sebenarnya sudah lama dilakukan, banyak yang dipesankan oleh Pak SBY, dan lebih ke makro," katanya kepada KONTAN seusai pengumuman 17 Pasangan Calon oleh Partai Demokrat di Wisma Proklamasi, Minggu (7/1).
Bertarung untuk kali kedua, Ganjar punya beberapa visi untuk memajukan ekonomi Jawa Tengah. Ia mengaku sudah menginventarisasi masalah yang ada di Jawa Tengah.
Misalnya untuk sektor pertanian yang dinilai Ganjar masih akan jadi sumber pertumbuhan ekonomi utama Jateng, khususnya sebagai penyedia lapangan pekerjaan.
Meski demikian ia mengaku sektor pertanian butuh akselerasi karena ketersediaan lahan yang makin menyusut.
"Butuh modernisasi, mekanisasi pertanian agar manfaat sektor pertanian lebih baik lagi didapatkan masyarakat," lanjutnya.
Selain sektor pertanian, salah satu industri unggulan di Jawa Tengah yaitu Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) dikatakan Ganjar juga butuh akselerasi guna meningkatkan daya saingnya dari negara-negara seperti Vietnam, dan Bangladesh.
"Butuh efisienai perusahaan, kita sudah dorong beberapa di Semarang Raya, Solo Raya, mereka kita dorong untuk memperbaiki mesin agar efisien. Kalau efisien kita bisa mengalahkan Vietnam," jelasnya.
Sementara itu Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ernovian G. Ismy juga berharap pemenang Pilkada Jateng 2018 dapat menciptakan iklim industri yang kondusif. Misalnya dari segi regulasi yang membuat daya saing industri TPT meningkat.
"Terutama soal regulasi pengupahan, kapasitas pekerja, dan energi. Selain itu juga soal perlindungan pasar dalam negeri agar dapat bersaing dengan produk impor,"" kata Ernovian saat dihubungi KONTAN secara terpisah pada Minggu (7/1) malam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News