kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.946.000   -2.000   -0,10%
  • USD/IDR 16.421   -121,00   -0,73%
  • IDX 7.465   -73,12   -0,97%
  • KOMPAS100 1.049   -9,76   -0,92%
  • LQ45 788   -9,08   -1,14%
  • ISSI 253   -2,74   -1,07%
  • IDX30 412   -0,51   -0,12%
  • IDXHIDIV20 470   2,87   0,61%
  • IDX80 118   -1,14   -0,95%
  • IDXV30 123   0,72   0,59%
  • IDXQ30 131   0,68   0,52%

Belanja Negara Semester I-2025 Hanya 38,8%, Pertumbuhan Ekonomi Berpotensi Terhambat


Senin, 04 Agustus 2025 / 18:04 WIB
Belanja Negara Semester I-2025 Hanya 38,8%, Pertumbuhan Ekonomi Berpotensi Terhambat
ILUSTRASI. Pertumbuhan Ekonomi Lanskap kawasan bisnis di kota Jakarta, Senin (5/5/2025). Berdasarkan data APBN, realisasi belanja negara hingga semester I-2025 baru mencapai Rp 1.406 triliun atau 38,8% dari pagu anggaran yang sebesar Rp 3.621,3 triliun. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/05/05/2025


Reporter: Indra Khairuman | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Rendahnya realisasi belanja negara di semester I-2025 yang hanya mencapai 38,8%, menunjukkan adanya tantangan fiskal yang signifikan bagi pemerintah, dengan potensi  dampak terhadap pertumbuhan ekonomi di masa mendatang.

Bhima Yudhistira, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), menjelaskan bahwa rendahnya serapan belanja mencerminkan upaya pemerintah dalam menghadapi kebutuhan dana yang cukup besar. Ia menegaskan bahwa pengalokasian anggaran dan realisasi belanja di semester I sangat berbeda.

“Artinya memang situasinya sudah tidak ada lagi ruang fiskal kecuali pemerintah memang harus menurunkan realisasi,” ujar Bhima kepada Kontan.co.id, Senin (4/8/2025).

Baca Juga: Sri Mulyani: Realisasi Belanja Negara hingga Mei 2025 Capai Rp 1.016,3 Triliun

Bhima juga menekankan beban utang yang jatuh tempo dan bunga utang yang mencapai Rp550 triliun, serta defisit APBN yang berada pada angka 2,78%. Menurutnya, ini menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah harus dilakukan dengan hati-hati.

“Semester kedua dengan kondisi realisasi belanja yang rendah, semester dua diperkirakan realisasi belanjanya juga gak akan langsung meningkat signifikan,” tegasnya.

Ia menjelaskan juga bahwa pemerintah harus menyiapkan dana untuk pembayaran utang jatuh tempo agar tidak memengaruhi rating utang.

“Karena dikhawatirkan kalau tidak patuh membayar utang maka rating utangnya bisa diturunkan oleh pemeringkat rating,” jelasnya.

Baca Juga: Banggar DPR Proyeksikan Belanja Negara 2026 Naik jadi Rp 3.820 Triliun

Bhima mengingatkan bahwa jika pemerintah meminjam untuk memenuhi kebutuhan belanja tahun depan, shortfall penerimaan pajak diprediksi masih akan tinggi.

“Harga batu bara turun, permintaan komoditas lainnya termasuk nikel juga turun, itulah yang membuat serapan belanjanya rendah,” kata Bhima.

Ia menekankan juga bahwa rendahnya serapan belanja bisa berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi.

“Banyak yang melihat termasuk Celios ya bahwa pertumbuhan ekonomi di 2025 ini akan jauh di bawah angka 5%,” tandasnya. 

Seperti diketahui, berdasarkan data APBN, realisasi belanja negara hingga semester I-2025 baru mencapai Rp 1.406 triliun atau 38,8% dari pagu anggaran yang sebesar Rp 3.621,3 triliun. Namun, realisasi tersebut masih tercatat meningkat dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar 0,6% yoy yang mencapai Rp 1.398 triliun.

Selanjutnya: IASC Terima 204.000 Laporan Penipuan, OJK Blokir 66.271 Rekening Terkait

Menarik Dibaca: Jelang Maybank Marathon, Latihan dan Edukasi Wajib Diperhatikan Pelari

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak Executive Macro Mastery

[X]
×