Reporter: Martyasari Rizky | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebelumnya dana moneter Internasional (IMF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2018 hingga 2019 di angka 5,1%.
Angka ini lebih rendah dari angka yang diproyeksikan sebelumnya, yakni 5,3%. Terkait hal itu, terdapat beberapa pemicu dari perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menyebutkan beberapa faktor pemicu dari perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia yaitu, dengan adanya perang dagang antara AS dengan China, cepat atau lambat hal itu akan memberikan dampak pada kinerja ekspor dan impor Indonesia.
"Lalu adanya tekanan dari nilai tukar rupiah, itu juga akan sangat berpengaruh sekali jika dilihat dari beberapa harga di level produsen. Indeks harga produsen khususnya untuk barang impor pada bulan September naik 0,6%. Jadi tinggal menunggu waktu saja untuk imported inflation ini masuk ke dalam harga jual di level konsumen. Sehingga tentunya akan memberatkan dari sisi sektor riil," ujar Bhima. Selasa (9/10).
Kemudian, jika dilihat dari tren harga minyak mentah dunia, posisi saat ini tidak menguntungkan Indonesia. Hal ini dikarenakan Indonesia memposisikan diri sebagai net importir minyak yang tentu akan sangat bergantung terhadap minyak impor dunia.
Ia juga menambahkan, "Kalau bisa dikatakan, dalam sektor keuangan menurut saya masih relatif terkendali, tetapi kalau untuk sektor riil menurut saya masih agak sulit. Karena sektor riil ini perlu menggerakkan konsumsi dan investasi. Saya kira proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,1% merupakan angka yang paling rasional," tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News