kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.326.000 1,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bea keluar ekspor mineral mulai tahun ini


Kamis, 08 September 2011 / 08:58 WIB
Bea keluar ekspor mineral mulai tahun ini
ILUSTRASI. Sudah turun! Harga mobil bekas Honda Mobilio kini mulai Rp 100 juta, dapat tahun muda


Reporter: Sofyan Nur Hidayat | Editor: Edy Can

JAKARTA. Pemerintah terus menggiring perusahaan tambang mineral supaya membangun pabrik pengolahan di dalam negeri. Salah satu caranya, kini Kementerian Perindustrian (Kemperin) mengusulkan agar hasil tambang mineral mentah bauksit, tembaga, nikel, bijih besi dan pasir besi, dikenai bea keluar (BK) yang tinggi.

Menteri Perindustrian MS Hidayat menjelaskan, penetapan BK ini merupakan transisi menuju pelarangan ekspor mineral tahun 2014. Undang-Undang No 4/2009 tentang Mineral dan Batubara jadi dasar larangan ekspor itu.

Tentu saja jadi tidaknya BK mineral berlaku tergantung pada keputusan menteri keuangan. Toh, kemarin, Hidayat menandaskan, "BK mineral akan diterapkan tahun ini secara berjenjang." Sayang, dia tak merinci besarannya.

Estimasi Hidayat, penerapan BK bisa menarik investasi industri hilir mineral minimal US$ 10,8 miliar. Soalnya, penerapan BK ini akan menghambat ekspor barang tambang mentah secara besar-besaran. Cara ini juga menjaga cadangan tambang.

Sebagai gambaran, saat ini cadangan terbukti bauksit hanya tersisa 108 juta ton, dan ekspor bauksit mencapai 15 juta ton per tahun. Jika dibiarkan, bauksit akan habis dalam tujuh tahun ke depan. Imbasnya, industri pembuatan aluminium di dalam negeri kekurangan bahan baku.

Hidayat menargetkan penerapan BK bauksit dapat mendorong investasi industri pembuatan aluminium di dalam negeri berkapasitas 7 juta ton per tahun. Investasi yang bakal diraup dari pengolahan tambang ini diprediksi akan mencapai US$ 8,4 miliar.

Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kemperin, Panggah Susanto, menambahkan, BK untuk bijih besi dan pasir besi merupakan yang paling siap diterapkan. "Mudah-mudahan November sudah terealisasi," kata Panggah.

Bimo Budi Satrio, Sekretaris Perusahaan PT Aneka Tambang Tbk (Antam) mendukung upaya itu. Apalagi, Antam sudah menyiapkan diri dengan membangun pabrik pengolahan bijih nikel, melalui proyek Chemical Grade Alumina di Tayan, Kalimantan Barat, senilai US$ 450 juta.

Proyek di Tayan itu mulai dibangun April 2011. "Saat ini memang masih ekspor bijih nikel, tapi nanti bisa diolah sendiri," kata Bimo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×