kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bappenas: Tanpa reformasi struktural, pertumbuhan ekonomi rentan turun ke bawah 5%


Kamis, 17 Januari 2019 / 15:21 WIB
Bappenas: Tanpa reformasi struktural, pertumbuhan ekonomi rentan turun ke bawah 5%


Reporter: Grace Olivia | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah dalam asumsi makroekonomi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 mematok pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan cukup optimistis yakni 5,3%. Namun, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memproyeksikan target tersebut rentan meleset, bahkan lebih rendah ke bawah 5% di tahun ini dan mendatang, jika pemerintah tidak melakukan reformasi struktural.

Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mencermati pola rata-rata pertumbuhan ekonomi tahunan Indonesia (annual growth rate) yang melandai dari tahun ke tahun. Ia mencatat, annual growth rate Indonesia pernah mencapai 7,5% per tahun di periode 1968 - 1979.

"Ini terjadi saat Indonesia menikmati oil-booming, saat ekonomi kita ditopang kuat oleh komoditas," ujar Bambang saat memberikan keynote speech di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (17/1).

Memasuki periode 1980 - 1996, laju pertumbuhan pun mulai melambat namun masih terhitung tinggi yakni pada level 6,4% per tahun. Menurut Bambang, di periode tersebut ekonomi Indonesia mulai bergeser mengandalkan sektor manufaktur (manufacturing-driven economy).

Pasca krisis ekonomi Asia pada 1998, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sempat terpuruk pun mampu bangkit. "Tapi, lajunya melambat hingga sepanjang 2000-2017 annual growth rate kita hanya 5,3%," kata Bambang.

Dibandingkan negara-negara anggota G20, Bambang menyatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini masih terbilang tinggi di kisaran 5%, hanya saja masih kalah dibandingkan dengan India dan China. Namun, momentum pertumbuhan ini rentan untuk turun di tahun-tahun mendatang hingga ke bawah 5%.

"Jika kita tidak melakukan reformasi struktural perekonomian, bahayanya annual growth rate akan semakin rendah. Dalam skenario 'if we do nothing', pertumbuhan hanya akan mencapai 4,8% - 4,9% hingga 2024," tutur pria yang pernah menjabat Menteri Keuangan tersebut.

Berdasarkan perhitungan Bappenas, pertumbuhan ekonomi Indonesia rentan melambat hingga ke level 4,95% di tahun 2019. Tanpa reformasi struktural, pertumbuhan ekonomi akan kian tergerus di tahun 2024 menjadi hanya 4,87% .

Dalam hal ini, pemerintah mesti bertindak melalui reformasi struktural perekonomian. Bambang menyebut, fokus dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020 - 2024 yang tengah disusun ialah mengenai produktivitas industri dan sumber daya manusia (SDM) Indonesia. Bambang menyebut, produktivitas menjadi salah satu isu utama yang menghambat laju pertumbuhan ekonomi.

"Tantangannya bagaimana industri manufaktur memiliki nilai tambah yang lebih lagi dan SDM bisa punya skill tinggi dan spesifik untuk mengakomodasi kebutuhan pasar di masa depan, bukan hanya sekarang," tandas Bambang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×