Reporter: Abdul Basith Bardan | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Epidemiolog menyoroti melandainya kasus positif virus corona (Covid-19) di Indonesia. Indonesia dinilai telah melewati puncak penambahan kasus positif Covid-19. Namun, masih terdapat bahaya dalam puncak angka kematian.
"Jadi puncak itu adalah puncak kasus infeksi yang mengawalinya kemudian 2-3 minggu kemudian adalah puncak kematian," ujar epidemiolog Griffith University Dicky Budiman saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (17/8).
Dicky menyebut bahwa pada puncak kasus infeksi akhir Juli hingga awal Agustus lalu masih banyak kasus yang tak terdeteksi. Oleh karena itu berkontribusi pada angka kematian.
Sebagai informasi saat ini angka kematian Indonesia masih di atas 1.000 kasus per hari. Bahkan dalam satu hari, angka kematian sempat menyentuh 2.000 kasus.
Baca Juga: Luhut klaim kasus Covid-19 melandai, jumlah testing juga ikut merosot
Selain potensi puncak kematian, Dicky juga menyebut adanya potensi lonjakan kasus di luar Jawa dan Bali. Hal itu dapat terjadi bila mitigasi tak dilakukan dengan baik.
"Puncak itu adalah puncak Jawa Bali bukan puncak Indonesia, puncak Indonesia akan ada lagi nanti. Kalau tidak termitigasi dengan baik," terang Dicky.
Meski begitu, Dicky menyebut langkah pemerintah dalam menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sudah tepat. PPKM dinilai efektif mengendalikan kasus.
Sebagai dampak PPKM, Indonesia dapat mencegah terjadinya risiko terburuk dalam lonjakan kasus Covid-19. Meski pun, lonjakan tersebut masih mencapai potensi menengah.
Selanjutnya: UPDATE Corona Indonesia, 17 Agustus: Tambah 20.741 kasus, tetap taati prokes
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News