kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.505.000   -15.000   -0,99%
  • USD/IDR 16.295   -200,00   -1,24%
  • IDX 6.977   -130,64   -1,84%
  • KOMPAS100 1.042   -22,22   -2,09%
  • LQ45 818   -15,50   -1,86%
  • ISSI 213   -3,84   -1,77%
  • IDX30 417   -9,14   -2,14%
  • IDXHIDIV20 504   -9,85   -1,92%
  • IDX80 119   -2,45   -2,02%
  • IDXV30 125   -2,38   -1,87%
  • IDXQ30 139   -2,59   -1,83%

Bank Indonesia: Perekomian Global Akan Trending Down pada Tahun 2024


Rabu, 07 Februari 2024 / 12:35 WIB
Bank Indonesia: Perekomian Global Akan Trending Down pada Tahun 2024
ILUSTRASI. Logo Bank Indonesia. REUTERS/Beawiharta


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) melihat bahwa perekonomian global pada tahun 2024 masih cukup menantang. Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti mengatakan bahwa Indonesia tidak bisa lepas dari kondisi perekonomian global.

Menurutnya, ada beberapa hal yang perlu dicermati terhadap perekonomian global. Pertama, tensi geopolitik yang belum usai, bahkan menjalar ke negara-negara lain.

Ia bilang, ketegangan geopolitik ini tidak hanya soal konflik Rusia-Ukraina atau Israel-Palestina saja, melainkan juga ketegangan di Laut Merah yang menyebabkan distribusi barang di kawasan ASEAN terhambat.

"Kalau biasanya arus barang dari Eropa-Asia itu akan langsung melewati Laut Merah atau Terusan Suez, tapi sekarang ini harus memutar karena ada keributan juga di Yaman. Itu membutuhkan waktu lebih lama lagi 10-14 hari untuk arus barang," ujar Destry dalam acara Economic Outlook 2024, di Jakarta, Rabu (7/2).

Baca Juga: Tensi Geopolitik Memanas, Bank Indonesia: Distribusi Barang Terhambat

Kedua, Destry melihat bahwa perekonomian global menunjukkan tren perlambatan meski terjadi secara fregmentasi.

"Ini akan memberikan dampak di tahun 2024 sehingga disini kita perkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi 2024 ini akan trending down untuk globalnya," katanya.

Ketiga adalah proses disinflasi yang terjadi secara gradual. Menurutnya, inflasi di negara-negara maju memang menunjukkan penurunan, namun lajunya sangat lambat.

"Hal ini menyebabkan disinflasi terjadi secara gradual sehingga kita menghadapi environment yang higher for longer. Suku bunga global, kita lihat misalnya Fed Fund Rate, kita perkirakan di second semester akan mengalami penurunan," terang Destry.

Baca Juga: Struktur Ekonomi RI Mulai Beralih ke Industri Pengolahan, BI Beberkan Dampaknya

Dirinya menyebut, inflasi di Amerika Serikat (AS) yang masih relatif tinggi di atas target mereka membuat suku bunga The Fed akan tetap tinggi. Alhasil, ini mendorong imbal hasil (yield) obligasi AS akan tetap berada di level yang tinggi.

"Sehingga sekarang yield yang 10 tahun pemerintah (AS) kembali ke level di atas 4%," pungkasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×