kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.443.000   13.000   0,91%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Bank Dunia: Dampak negatif perekonomian mulai terlihat


Selasa, 04 Oktober 2011 / 16:34 WIB
Bank Dunia: Dampak negatif perekonomian mulai terlihat
ILUSTRASI. Petugas teller memperlihatkan mata uang rupiah pecahan Rp 100 ribu di salah satu bank di Tangerang Sealtan, Rabu (18/11). /pho KONTAN/Carolus Agus waluyo/18/11/2020.


Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Edy Can

JAKARTA. Bank Dunia menilai dampak krisis ekonomi global mulai terasa bagi Indonesia. Hal ini terbukti dengan adanya aliran keluar modal dan pasar saham Indonesia selama dua bulan terakhir.

Selama Agustus 2011 lalu, aliran portofolio yang keluar dari Indonesia sebesar US$ 1,8 miliar. Sebagian besar berbentuk ekuitas. Saham-saham di Indonesia juga turun sebesar 8,4% dan rupiah terdepresiasi sebesar 4,3% terhadap dollar Amerika Serikat.

Kendati demikian, Bank Dunia memprediksi Indonesia masih cukup kuat apabila terjadi guncangan. Pasalnya, Indonesia disokong kondisi fundamental yang baik seperti investasi dan konsumsi swasta domestik. Keduanya telah mendorong pertumbuhan 6,5% pada dua kuartal di tahun 2011.

Selain itu posisi fiskal dan cadangan devisa Indonesia masih menguat. Cadangan ini melonjak dua kali lipat jika dibandingkan tahun 2008 lalu dan sanggup menutup 40% utang luar negeri jangka pendek menurut jatuh temponya. "Lingkungan eksternal memang melemah. Sama seperti negara lain, Indonesia juga terkena resesi. Namun, dengan kondisi fundamental Indonesia yang kuat, Indonesia sanggup bertahan dari berbagai gejolak yang muncul," ujar Ekonom Utama Bank Dunia di Indonesia, Shubham Chaudhuri, Selasa (4/9).

Bank Dunia meramalkan ada tiga skenario dampak ekonomi global terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Skenario pertama, apabila kondisi keuangan global masih terus berlanjut seperti sekarang. Dalam skenario ini, Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi di 2011 masih sebesar 6,4% sementara di 2012 mencapai 6,3%, lebih rendah dari asumsi makro dalam RAPBN 2012 yang sebesar 6,7%.

Kemudian skenario dua adalah apabila terjadi krisis finansial global seperti tahun 2008. Kondisi ini kemungkinan besar berkaitan dengan kekacauan gagal bayar di zona Eropa. "Dalam skenario kedua ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2011 masih bisa bertahan di 6,3%, namun di 2012 akan melemah sampai 5,5%," ujar Shubham.

Nah, yang terakhir adalah skenario terburuk, apabila terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang parah. Dalam kondisi ini, pertumbuhan ekonomi kita tahun depan diprediksi hanya mencapai 4,1%. Penurunan pertumbuhan ini mencerminkan berkurangnya permintaan eksternal dan melemahnya harga komoditas internasional.

Shubham menyarankan, pemerintah perlu meninjau dan berlatih protokol manajemen krisis khususnya untuk sektor finansial. Selain itu, dia mengatakan, pemerintah juga harus menyiapkan langkah-langkah untuk memberikan stimulus fiskal. "Selain itu, perlu mempertimbangkan dana tambahan apabila terjadi krisis," ujar Shubham.

Dia juga bilang, pasar domestik tetap harus diperkuat. Pasalnya, kekuatan ekonomi domestik adalah salah satu faktor penarik foreign direct investment (FDI) sepanjang 2010 dan 2011 ini.

Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia, Stefan Koeberle mengatakan, hal yang benar-benar bisa membuat perekonomian Indonesia bertengger nyaman pada masa-masa krisis sekarang adalah kualitas dari respon kebijakan pemerintah. Menurutnya, berlanjutnya kemajuan reformasi struktural yang penting, seperti reformasi subsidi energi dan pembebasan tanah, serta peningkatan infrastruktur, bukan cuma bisa meningkatkan prospek pertumbuhan Indonesia, tetapi juga dapat mendorong kepercayaan investor dalam jangka pendek.

"Eksposur perdagangan langsung Indonesia terhadap penurunan yang dialami pasar-pasar di AS dan Uni Eropa relatif terbatas, tetapi aliran masuk modal ke Indonesia tetap terpengaruh perubahan sentimen investor maka perlu kebijakan yang kuat," ujar Stefan.

Ekonom Bank Danamon Anton Gunawan meramalkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan mencapai 6,5%. "Tetapi bisa saja skenario dua terjadi dan pertumbuhan tahun depan mencapai 5,5%," katanya.

Sementara ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti melihat perekonomian Indonesia tahun depan bisa anjlok menjadi 6,2%. "Kita butuh kebijakan makro yang solid dan kuat. Untuk kebijakan fiskal, kita harus punya UU JPSK untuk meningkatkan kepercayaan investor," ujar Destry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP) Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×