Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Program hilirisasi akan tetap menjadi program prioritas pemerintah dalam mendorong daya saing ekonomi Indonesia. Program ini terbukti dari nilai ekspor produk hilirisasi yang meningkat cukup tinggi.
Oleh karena itu, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia meyakini bahwa ekspor nikel di tahun ini bisa tembus di angka US$ 30 miliar.
Pasalnya, untuk di tahun 2017 saja ekspor nikel hanya tercatat US$ 3,3 miliar. Namun, setelah dilakukan larangan ekspor nikel mala nilainya meloncat hingga US$ 20,9 miliar di tahun 2021.
"Keyakinan saya di tahun 2022 tembus di angka US$ 30 miliar. Ini baru nikel saja," ujar Bahlil dalam acara Mandiri Investment Forum 2023, di Jakarta, Rabu (1/2).
Baca Juga: Peta Jalan Hilirisasi Rampung, Bahlil: Total Investasi US$ 545,3 Miliar hingga 2040
Bahlil bercerita, tidak semua negara di dunia terutama negara maju yang ingin melihat negara berkembang untuk melihat negara berkembang. Meski begitu, pemerintah tetap melakukan hilirisasi nikel meskipun digugat Uni Eropa ke Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO).
"Kita kalah tahap pertama, tapi presiden menyatakan maju terus, presiden kita berani apalagi kita," kata Bahlil.
Bahlil mengatakan, hilirisasi nikel juga menjadikan Indonesia sebagai Pusat Produksi Baterai Kendaraan Listrik. Tercatat, LG Energy Solution menanamkan investasi baterai EV dengan nilai mencapai US$ 9,8 miliar di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News