kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Bagaimana seharusnya langkah perusahaan agar terlepas dari jerat pailit


Senin, 05 November 2018 / 06:30 WIB
Bagaimana seharusnya langkah perusahaan agar terlepas dari jerat pailit


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jika sakit, perusahaan harus dapat menganalisis dirinya untuk dapat sehat. Kunci itulah, yang menurut Pengamat Manajemen Daniel Saputro, yang harus diterapkan oleh perusahaan agar tidak terancam pailit.

Untuk menganalisis keadaan tersebut ada beberapa hal gampang yang harus diamati. "Pertama soal strategi bisnisnya ke eksternal, kedua terkait ekskusi bisnis dan terakhir perkara leadership," ungkap Daniel kepada Kontan.co.id, Minggu (4/11).

Kasus pailitnya perusahaan teh PT Sariwangi Agricultural Estate Agency (SAEA) dan PT Maskapai Perkebunan Indorub Sumber Wadung misalnya, menurut Daniel hal tersebut tak terlepas dari strategi investasi yang kurang tepat. "Investasinya terlalu banyak di perkebunan," sebutnya.

Sebelumnya Dewan Teh Indonesia juga menjabarkan bahwa pailit produsen brand teh Sariwangi tersebut bersumber pada gagalnya investasi sektor hulu. Terkait pinjaman dana yang dilakukan Sariwangi kepada Bank ICBC Indonesia digunakan untuk investasi irigasi.

"Yang saya pahami itu mereka itu gagal dalam investasi di hulu di kebun," kata Ketua Dewan Teh Indonesia Bambang Murtioso. Lebih lanjut, Ia menjelaskan keinginan Sariwangi untuk menghindari musim kemarau dengan membuat pengairan di kebun teh nyatanya tidak memberi hasil apa pun.

Sementara itu, menurut Daniel selain kegagalan strategi investasi, perkara leadership juga menjadi problema. "Tampaknya legacy dari pendiri ke anaknya tidak terjadi, hal ini karena perusahaannya perusahaan keluarga perlu pendekatan yang berbeda," katanya.

Soal leadership ini juga menjadi sorotan Daniel untuk kasus Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Merpati Nusantara Airlines. Sering didapati kursi direksi BUMN acap dirolling.

Belum lagi Merpati dinilai dari segi bisnis kurang menguntungkan lantaran kebijakan yang menaruhnya di daerah terpencil dan jarang mendapatkan pelanggan, sehingga mengakibatkan perseroan rugi terus.

Seperti yang diketahui, pemungutan suara atas rencana perdamaian PT Merpati Nusantara Airlnes (persero) menghasilkan kesepakatan bahwa maskapai tersebut diambang kepailitan lantaran suara yang menyetujui rencana perdamaian tak memenuhi batas yang ditentukan.

"Dari 85 kreditur konkuren (tanpa jaminan), 4 kreditur menolak. Sementara dari 3 kreditur separatis (dengan jaminan), hanya 1 yang menolak yaitu Kemkeu," kata pengurus PKPU Merpati Alfin Sulaiman. 

Total nilai tagihan Merpati dalam PKPU sendiri senilai Rp 10,95 triliun. Perinciannya terdiri dari kreditur preferen (prioritas) senilai Rp 1,09 triliun, konkuren senilai Rp 5,99 triliun, dan separatis Rp 3,87 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×