kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Bagaimana dorong transaksi berjalan surplus?


Rabu, 20 September 2017 / 18:15 WIB
Bagaimana dorong transaksi berjalan surplus?


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menginginkan agar neraca transaksi berjalan (current account) Indonesia bisa mencatat surplus. Walau defisitnya sejauh ini semakin membaik dibanding tahun 2013 lalu.

Agus mengatakan, tahun 1999 silam, current account Indonesia mencatat surplus meski terbantu oleh harga komoditas yang tinggi. Saat harga komoditas rendah, current account Indonesia mencatat defisit. Bahkan di atas batas aman sebesar 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB), yaitu 4,2% dari PDB di tahun 2013.

Sementara di tahun lalu, defisit current account membaik menjadi 1,8% dari PDB. Meski begitu, dibanding ASEAN 5, Indonesia menjadi satu-satunya negara yang current accountnya defisit.

"Thailand surplus 11% dari PDB, Vietnam yang baru berkembang, surplus 4% dari PDB," kata Agus saat orasi ilmiah dalam rangka Dies Natalis Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI), di Gedung UI, Depok, Rabu (20/9).

"Mau apa Indonesia kalau sampai tidak bisa surplus? Jadi harus ditantang supaya semua mempersiapkan diri," tambah dia.

Lebih lanjut menurutnya, agar current account Indonesia mencatatkan surplus, industrialisasi dan meningkatkan investasi perlu didorong. Hal itu akan menciptakan nilai tambah pada produk-produk ekspor nasional.

"Industri manufaktur paling besar di Pulau Jawa. Tetapi di luar Pulau Jawa masih mengandalkan ekspor bahan mentah. Ini perlu dilakukan upaya nilai tambah," tambahnya.

Agus mengatakan, sesuai arahan Presiden Joko Widodo, Indonesia harus menjadi negara yang produktif, bukan negara yang konsumtif. Indonesia harus bisa mengekspor barang yang memiliki nilai tambah, bukan bahan mentah. Dan Indonesia harus menjadi negara pengekspor, bukan negara yang senang mengimpor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×