Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan, neraca transaksi berjalan atau current account Indonesia yang masih mencatatkan defisit menjadi salah satu tantangan ke depan. Meski semakin kecil, current account masih perlu didorong untuk mencatat surplus.
Agus bilang, current account Indonesia pernah mencatat defisit 4,2% dari produk domestik bruto (PDB) di tahun 2013 lalu. Ekspor Indonesia terlalu bergantung pada komoditas. Sementara saat itu, harga komoditas turun sehingga menyebabkan transaksi berjalan Indonesia mencatat defisit besar. Padahal yang sustainable itu di bawah 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Dibanding dengan negara-negara ASEAN 5 lanjut Agus, hanya Indonesia yang current account-nya mencatat defisit. Current account Thailand surpus 11% dari PDB dan Vietnam surplus 4% dari PDB.
"(Current account) Indonesia di akhir 2016 sebesar 1,8% dari PDB, kalau saya katakan itu di tingkat yang sehat, saya salah," kata Agus saat orasi ilmiah di Universitas Indonesia, Depok, Rabu (20/9).
Agus juga mengatakan, Indonesia jangan cepat puas dengan defisit current account yang membaik dibanding 2013. "Defisit current account jangan lebih dari 3% dari PDB. Tetapi kalau bisa surplus dong! Supaya kita tidak perlu menerbitkan surat utang yang dibeli asing," tambahnya.
Tahun ini sendiri, Agus memperkirakan defisit current account di level 2% dari PDB. Sementara di tahun depan sekitar 2%-2,5% dari PDB, yang melebar sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News