Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Perekonomian Indonesia terancam lesu pada tahun 2024 ini. Skenario terburuknya perekonomian Indonesia bisa tak mencapai target pemerintah sebesar 5,2% secara tahunan atau year on year (yoy) pada tahun 2024 ini.
Setidaknya terdapat tiga faktor yang menunjukkan ekonomi nasional sedang lesu.
Pertama, data Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Juli 2024 melorot ke level 49,7, terendah sejak Agustus 2024.
Baca Juga: Industri Pengolahan Sokong Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di Kuartal II-2024
Kedua, gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang kian marak terjadi, dan ketiga, Indeks Harga Konsumen (IHK) selama tiga bulan berturut-turut mencatatkan deflasi.
Ekonom Bank Danamon, Hosianna Evalia Situmorang, menyampaikan, skenario terburuknya dengan adanya tiga faktor tersebut perekonomian Indonesia bisa melambat ke level 4,9% yoy. Meleset dari target pemerintah sebesar 5,2% yoy.
Oleh sebab itu, untuk menjaga pertumbuhan ekonomi agar tidak melemah lebih dalam, belanja pemerintah perlu disiapkan untuk menjaga daya beli kelas menengah ke bawah.
“Karena di tengah kontraksi manufaktur, badai PHK dan deflasi, konsumsi kelas menengah masih cukup solid, dan kredit growth masih bisa tumbuh double digit,” tutur Ana sapaan akrab Hosianna kepada Kontan, Senin (5/8).
Baca Juga: Ekonomi RI Melambat, Pengusaha Ingatkan Pemerintah Jaga Daya Beli Masyarakat
Di sisi lain, Ana berharap peluang penurunan suku bunga The Fed diharapkan bisa menjadi angin segar bagi sektor riil tahun ini.
Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto sepakat, perekonomian Indonesia saat ini semakin menunjukkan perlambatan.
“Kemungkinan bisa di bawah 5%, Indef memproyeksi 4,8% untuk keseluruhan 2024 ini,” tutur Eko.
Baca Juga: ASN Lajang Diprioritaskan Pindah ke IKN Tahap Awal
Untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi di kisaran 5%, Eko menyarankan agar pemerintah menjaga industri padat karya, agar industri tersebut tetap tumbuh dan PHK tidak berketerusan.
Selain itu, perlu juga menjaga minat konsumsi masyarakat, terutama kelas menengah dengan tidak menaikkan berbagai pungutan.
Selanjutnya: Jumlah Pasangan China yang Menikah Turun ke Level Terendah 12 Tahun
Menarik Dibaca: Dukung Olahraga Basket, Pelita Air Sponsori IBL
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News