Reporter: Uji Agung Santosa | Editor: Edy Can
JAKARTA. Tantangan penyediaan pangan akan semakin berat pada tahun-tahun mendatang. Selain berkurangnya luas lahan produksi tanaman pangan, lonjakan jumlah penduduk Indonesia juga tidak sebanding dengan pertumbuhan produksi pangan.
Profesor ekonomi pertanian UNILA Bustanul Arifin mengungkapkan, konversi lahan pertanian saat ini mencapai 100.000 hektare per tahun, sedangkan kemampuan pencetakan lahan baru hanya sebesar 48.000 hektare per tahun. “Defisitnya sangat besar,” katanya.
Bukan hanya itu. Bustanul bilang pertumbuhan jumlah penduduk yang mencapai 1,5%, tidak berbanding lurus dengan kemampuan pertumbuhan produksi pangan yang kurang dari 1%. Belum lagi, lanjutnya, banjir besar yang melanda Thailand. Akibat banjir itu, Bustanul mengatakan, kemampuan produksi pangan negeri tersebut melorot sebesar 20%.
Menurutnya, penyusutan produksi ini akan membuat harga pangan dunia naik. Karena itu, Bustanul berharap pemerintah bisa segera menggenjot produksi pangan. “Dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) sudah ada rencananya, tinggal bagaimana nanti penerapan di lapangan dan daerah,” katanya.
Namun, pemerintah belum melihat ada ancaman nyata. Direktur Pasca Panen Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian P. Dadih Purnama optimis kelangkaan pangan tidak akan terjadi. “Dalam jangka pendek dan menengah semua masih bisa diatasi. Coba sekarang, apakah ada terliat antrean membeli pangan, itu menandakan ketersediaan pangan masih cukup,” tandasnya.
Dadih mengakui, tantangan terbesar yang dihadapi Indonesia saat ini adalah bagaimana meningkatkan ketersediaan pangan jangka panjang. Sebab, berbagai perkiraan menyebutkan pada 2025 defisit pangan dunia akan mencapai 70 juta ton. Tidak hanya pangan dalam arti beras saja, namun pangan secara keseluruhan seperti kedelai dan gandum.
Kepala Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Kementerian Pertanian Gayatri K. Rana mengatakan pemerintha perlu upaya khusus untuk menambah kapasitas produksi pangan nasional. Dia berharap pemerintah mendorong penurunan konsumsi beras per kapita dengan memanfaatkan bahan berbasis tepung-tepung dan umbi-umbian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News