kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Arah koalisi PPP mengerucut ke Prabowo dan Jokowi


Jumat, 09 Mei 2014 / 23:05 WIB
Arah koalisi PPP mengerucut ke Prabowo dan Jokowi
ILUSTRASI. Jadwal final Piala Dunia 2022 FIFA World Cup Qatar, antaraArgentina vs Prancis, Minggu 18 Desember dan perjalanan kedua tim


Reporter: Gloria Fransisca | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy, mengaku, PPP mengantongi arah koalisi pada dua nama yaitu Prabowo Subianto atau Joko Widodo. Rapat Pimpimnan Nasional (Rapimnas) yang digelar besok (10/5), akan membicarakan opsi ini.

Tak hanya itu, Romahurmuziy membeberkan, ada salah satu kader terbaik PPP yang mulai dilirik partai lain. Dia adalah Lukman Hakim Saifuddin, Wakil Ketua MPR RI. Aburizal Bakrie bersama Partai Golkar disebut-sebut menawarkan Lukman menjadi calon wakil presiden.

"Pada rapat pengurus harian yang ke-17, hari Rabu lalu, memang DPP sudah mengerucutkan dua nama antara Prabowo dan Joko Widodo. Dan opsi itu yang semula akan dibawa ke Rapat Pimpinan Nasional besok. Tetapi dengan adanya perkembangan tadi sore, kami lihat perkembangannya seperti apa."

Menurut Romahurmuziy, tawaran tersebut adalah salah satu opsi karena pada dasarnya sampai dengan Rapimnas PPP digelar dan akan diambil keputusan, internal mereka belum menutup opsi apapun. Hal ini karena memang dinamika Pilpres ini belum ada partai politik yang memainkan tiket pencapresan kecuali PDIP bersama Partai Nasdem.

Dia menilai, secara praktis, belum ada partai dominan, termasuk koalisi di seputaran Partai Golkar dan Demokrat. Bahkan, PDI-P yang menyandang Jokowi pun belum bisa yakin mencetak kemenangan.

"Posisi Jokowi masih jauh berbeda dari 2009, ketika elektabilitas SBY waktu itu 71%. Sehingga hampir semua partai politik tidak ragu untuk bergabung koalisi besar dgn Pak SBY," ujar Romahurmuziy.

Ia menilai, realitas yang ada sekarang sekalipun Jokowi elektabilitasnya dominan tinggi namun besarannya masih dibawa 50%. Sementara Prabowo sendiri tingkat elektabilitasnya berselisih 12%-16%, dibawah Jokowi. Alhasil belum ada faktor tokoh utama yang menjadi magnet partai politik.

PPP menilai keputusan bersatu dengan Golkar hanya akan diputuskan harus melalui konstituen bersama. "Bukan selalu itu pertimbangan kamu, karena pertama kesesuaian dengan aspirasi mayoritas konstituen. Sebagai partai politik yang sudah lama menjadi oposisi, PPP tidak merasa risau untuk kembali menjadi oposisi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×