Reporter: Abdul Basith | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Langkan Pemerintah Indonesia yang mengancam akan mengambil aksi balasan terhadap Uni Eropa bila mendiskreditkan sawit di benua biru tersebut akan merugikan kedua belah pihak. Hal itu menjadi kekhawatiran Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) nilai langkah retaliasi (balasan).
Ketua Umum Aprobi Master Parulian Tumanggor mengatakan, aksi boikot yang digagas pemerintah Indonesia dalam retaliasi akan membuat Indonesia tidak dapat mengekspor minyak sawit ke Uni Eropa.
"Kita tidak ekspor yang rugi kedua belah pihak, industri di sana tidak dapat bahan baku," ujar Tumanggor kepada wartawan, Rabu (20/3).
Tumanggor melanjutkan, bila ada penghentian ekspor, perlu ada peningkatan konsumsi dalam negeri. Saat ini, ekspor minyak sawit Indonesia ke EU mencapai 6 juta ton hingga 7 juta ton per tahun.
Sementara konsumsi dalam negeri saat sebesar 12 juta ton per tahun. Oleh karena itu perlu ada penambahan konsumsi untuk mengatasi kelebihan produksi bila ekspor minyak sawit ke benua biru tersebut dihentikan.
Ancaman atas rencana boikot juga disayangkan duta besar EU untuk Indonesia dan Brunei Darussalam Vincent Guerend. Vincent mengatakan investasi Uni Eropa membuka lapangan kerja bagi 1,1 juta masyarakat Indonesia.
"Ini sangat menguntungkan untuk kedua pihak, kalau ada lebih banyak investasi maka semakin banyak pekerja di sini," terang Vincent.
Selain itu banyak produk yang dibutuhkan oleh Indonesia yang diimpor dari EU. Impor Indonesia dari EU meliputi sejumlah produkn seperti pesawat dan mesin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News