Reporter: Shintia Rahma Islamiati | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Solihin, menegaskan bahwa tidak ada satu pun anggota Aprindo yang memproduksi beras, termasuk yang belakangan ini diduga merupakan produk oplosan.
“Anggota saya, Aprindo, tidak memproduksi barang yang dimaksud,” ujar Solihin dengan tegas saat ditemui usai acara peluncuran Hari Ritel Nasional di Gedung Kementerian Perdagangan Jakarta Pusat, Kamis (17/7).
Ia menekankan bahwa peritel modern adalah pihak yang hanya menjual barang akhir kepada konsumen, bukan produsen.
Menanggapi isu dugaan pengoplosan beras premium, Solihin menjelaskan bahwa para peritel anggota Aprindo telah memiliki kontrak kerja yang jelas dengan para pemasok atau prinsipal. Dalam kontrak tersebut, tercantum bahwa produk yang dibeli dan dibayarkan adalah beras jenis premium.
Baca Juga: Beras Sania Menghilang dari Minimarket Usai Dugaan Oplosan Mencuat
“Kami selalu minta para pemasok untuk membuat surat pernyataan bahwa beras yang dikirim kepada kami adalah benar-benar beras premium sesuai kontrak,” ungkap Solihin.
Ia menambahkan, peritel tidak memiliki peralatan atau kapasitas teknis untuk memverifikasi kadar patahan beras atau kadar air secara langsung.
Sebagai bentuk pengawasan tambahan, Aprindo berencana melakukan uji acak (random checking) terhadap kualitas beras melalui konsultan independen.
Langkah ini diambil untuk memastikan bahwa beras yang dijual di ritel modern benar-benar sesuai dengan klasifikasi premium, yang syaratnya antara lain patahan maksimal 15% dan kadar air sesuai standar.
Solihin juga menyebut bahwa mayoritas produsen telah menyerahkan surat pernyataan tersebut. Namun, jika ada produsen yang tidak memberikan surat jaminan kualitas, maka produk mereka akan dihilangkan dari etalase toko.
Terkait harga, Solihin mengatakan bahwa para prinsipal telah menyampaikan penyesuaian harga eceran tertinggi (HET) untuk beras premium. Harga beras premium kemasan 5 kg telah diturunkan dari Rp 74.500 menjadi Rp 73.500, atau turun Rp 200 per kg.
“Penurunan ini merupakan bentuk rapaksi dari produsen untuk menjaga daya beli masyarakat,” katanya.
Meski muncul polemik soal kualitas beras, Solihin memastikan tidak ada dampak negatif terhadap penjualan.
“Beras itu kebutuhan pokok. Setiap hari orang tetap beli,” ujarnya.
Baca Juga: Zulkifli Hasan Buka Suara Terkait Beras Oplosan
Selanjutnya: Persyaratan Mendaftar STIN Tahun 2025, Pendaftaran Buka Sampai Besok (18/7)
Menarik Dibaca: Dari Dokter hingga Influencer, Ini Tren Profesi Anak Versi AI Morinaga
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News