kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Apindo: Perang dagang tidak memberikan keuntungan bagi pengusaha


Jumat, 12 Oktober 2018 / 19:16 WIB
Apindo: Perang dagang tidak memberikan keuntungan bagi pengusaha
ILUSTRASI. Ketua Umum Apindo Hariyadi Sukamdani


Reporter: Grace Olivia | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketegangan perdagangan diprediksi masih akan memicu ketidakpastian pada perekonomian global ke depan.

Setidaknya, demikian yang dinyatakan oleh Direktur Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde dalam pidatonya pada Rapat Pleno IMF-Bank Dunia hari ini, Jumat (12/10) di Nusa Dua, Bali.

Lantas, para pengusaha pun mesti bersiap menghadapi keberlanjutan sentimen negatif perang dagang terhadap industri ke depannya.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani, mengatakan, awan mendung perang dagang masih akan berlangsung dan mempengaruhi industri dalam negeri setidaknya dua tahun ke depan.

"Kalau ada yang bilang perang dagang memberi opportunity yang positif buat pengusaha, terutama dalam hal ekspor, saya pikir tidak begitu juga," kata Hariyadi, Jumat (12/10).

Pasalnya, Hariyadi lebih khawatir terhadap dampak perang dagang secara keseluruhan terhadap perekonomian dalam negeri maupun global. IMF sendiri telah memproyeksi, ada potensi penurunan PDB global sebesar 1% hingga 2019 sebagai dampak ketegangan perdagangan yang bergulir saat ini.

"Pemotongan ekspor China ke AS kan tidak serta merta membuka keran ekspor dari negara lain ke AS. Ini bicara soal global supply chain yang sudah berjalan puluhan tahun," tambahnya.

Ketidakpastian yang menyelimuti pasar keuangan global akibat perang dagang ini pun membawa dampak buruk bagi Indonesia. Tambah lagi, saat ini masing-masing negara, menurut Hariyadi, mulai bersikap memproteksi pasarnya masing-masing.

"Kalau begini, pemerintah kita pun harus mulai mengamankan pasar dalam negeri sedemikian rupa," kata dia.

Misalnya, dengan mensubstitusi barang impor dengan produk dalam negeri sebanyak mungkin, atau melangsungkan perjanjian perdagangan bilateral menggunakan mata uang lokal ketimbang dollar Amerika Serikat (AS).

Pada akhirnya, Hariyadi berpendapat, perang dagang antara AS dan China saat ini hanya akan merugikan perekonomian secara global.

Bahkan, "dalam jangka menegah dan panjang, tak tertutup kemungkinan pertumbuhan ekonomi AS akan terancam oleh kebijakan proteksionisnya sendiri. Kita tidak tahu itu, tapi kita lihat saja," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×