Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah telah membatasi kegiatan ekspor-impor dari dan ke China, sejalan dengan penyebaran wabah virus Corona. Lambat laun, hal tersebut mulai berdampak terhadap kegiatan ekspor Indonesia.
Untuk memulihkannya, salah satu opsi yang bisa dilakukan oleh pemerintah adalah dengan mengalihkan ekspor ke negara lain.
Baca Juga: Menaker imbau pekerja migran di Singapura tidak panik terkait virus corona
Namun, Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Suryadi Sasmita mengatakan, pengalihan ekspor ke negara lain akan sulit dilakukan. Pasalnya, saat ini ekspor dalam negeri pun sedang terhambat, karena tidak semua produksi dalam negeri menggunakan bahan baku dari Indonesia.
Dengan kata lain, masih banyak produksi dalam negeri yang menggunakan bahan baku impor dari luar, khususnya dari China. "Nah jadi sekarang bagian ekspor pun sedang kebingungan, jangankan mau dialihkan, untuk produksi saja mulai bulan April ke depan, produksi kita juga akan terhambat. Itu dampak daripada virus Corona," ujar Suryadi saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (11/2).
Alasan lain yang membuat pengalihan ekspor ini sulit dilakukan adalah, karena pemilihan negara tujuan ekspor baru masih sulit ditentukan. Itu karena, banyak pertimbangan dan kriteria yang masih sulit dipenuhi oleh Indonesia sebagai negara pemasok ekspor, apalagi kalau tujuan ekspornya adalah negara dengan empat musim, seperti Amerika Serikat (AS) atau Uni Eropa.
Namun, kata Suryadi, untuk mendongkrak kegiatan ekspor yang melemah ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Indonesia. Pertama, memperkuat perjanjian perdagangan melalui jalur government to government (G2G).
Baca Juga: Presiden Jokowi minta informasi soal virus corona diupdate pagi, siang, dan malam
Kedua, dalam sektor tekstil harus dilakukan peremajaan terhadap mesin-mesin tekstil yang sudah tua. Ketiga, menyukseskan penerapan Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja. "Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja itu musti sukses dulu, kalau itu sukses lalu investor masuk baru kita bisa buat ekspor dan lain sebagainya," paparnya.
Selain itu, apabila pemerintah ingin memperbesar porsi ekspor dengan meningkatkan sektor manufaktur, ada beberapa hal yang juga harus diperhatikan. Diantaranya adalah masalah perizinan, tenaga kerja, pengaturan pajak, serta kestabilan dari kepastian hukum.
Meskipun begitu, menurut Suryadi akan sulit apabila pemerintah mengandalkan ekspor dari sektor manufaktur. Itu karena, Indonesia dipastikan kalah bersaing apabila dibandingkan dari segi teknologi.
Baca Juga: Integra Indocabinet (WOOD) siap tangkap kekosongan pasar di AS akibat Corona
Untuk itu, Suryadi menyarankan agar pemerintah memperkuat dan memaksimalkan produksi dalam negeri, misalnya dari sektor pertanian, perkebunan, bahkan perikanan.
"Jika Indonesia memaksimalkan produksi tersebut untuk kemudian diekspor ke luar negeri, maka negara kita akan makmur. Jadi memperkuat dari dalam dulu," kata Suryadi.
Kemudian, pasar yang sekiranya potensial untuk dijadikan tujuan ekspor baru oleh Indonesia adalah AS, Eropa, dan India. Suryadi menekankan, intinya negara lain dengan jumlah penduduk yang banyak juga bisa dijadikan tujuan ekspor baru oleh Indonesia.
Baca Juga: Kadin: Komitmen investasi kelistrikan RI-China tidak akan terhambat wabah corona
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News