kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Apindo keberatan dengan rencana kenaikan listrik


Senin, 24 September 2012 / 09:19 WIB
Apindo keberatan dengan rencana kenaikan listrik
ILUSTRASI. Hanggara Patrianta, Direktur Operasi dan Produksi PT Pupuk Kaltim.


Reporter: Fahriyadi | Editor: Djumyati P.

JAKARTA. Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) mengaku keberatan dengan rencana kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) yang diajukan pemerintah dan telah mendapat lampu hijau dari DPR pekan lalu.

Anton Supit Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) mengatakan kenaikan listrik 15% itu menjadi sebuah pukulan telak bagi para pengusaha. Menurutnya dengan kenaikan tersebut, pengusaha di berbagai sektor industri bakal merasakan peningkatan biaya produksi hingga 25%. "Seperti pengusaha tekstil dan es balok yang pemakaian listriknya besar," ujar Anton, Minggu (23/9).

Anton mengatakan bahwa kenaikan produksi tersebut membuat banyak pengusaha mencari cara agar bisa terus bertahan. Namun, Anton mengatakan bahwa pilihan terakhir dan paling ekstrem sebagai imbas dari kenaikan TDL ini adalah pemangkasan karyawan.

"Pilihan ini bukan berarti mengorbankan buruh, melainkan memberikan peringatan kepada pemerintah akan pentingnya memberikan insentif kepada industri dan tak membebani industri yang sudah menyediakan lapangan pekerjaan," kata Anton.

Menurutnya dengan daya saing kita yang turun, seharusnya opsi menaikkan TDL tak ditempuh oleh pemerintah, terlebih kenaikan TDL ini tidak disertai dengan pemberian kompensasi lain.

"Bunga bank masih tinggi, begitu pun biaya pelabuhan, belum lagi upah buruh yang setiap tahun naik, seharusnya pemerintah menurunkan suku bunga dan juga menghapus berbagai pungli yang banyak diterima pengusaha," tandasnya.

Anton menambahkan bahwa mengurangi tenaga kerja memang menjadi jalan tengah bagi pengusaha yang sangat merasakan dampak kenaikan TDL tersebut. Mengganti tenaga kerja dengan mesin menurutnya menjadi salah satu opsi yang sulit buat pengusaha.

Ia mengimbau pemerintah agar berlaku ramah kepada industri padat karya berupa insentif lain atas kenaikan TDL ini. "Di tengah ketidakmampuan pemerintah memperbaiki iklim investasi dan daya saing, naiknya TDL kepada industri jelas menjadi sebuah beban tersendiri," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×