kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.930.000   20.000   1,05%
  • USD/IDR 16.230   -112,00   -0,69%
  • IDX 7.214   47,18   0,66%
  • KOMPAS100 1.053   7,20   0,69%
  • LQ45 817   1,53   0,19%
  • ISSI 226   1,45   0,65%
  • IDX30 427   0,84   0,20%
  • IDXHIDIV20 504   -0,63   -0,12%
  • IDX80 118   0,18   0,16%
  • IDXV30 119   -0,23   -0,19%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,20%

Apindo keberatan dengan rencana kenaikan listrik


Senin, 24 September 2012 / 09:19 WIB
Apindo keberatan dengan rencana kenaikan listrik
ILUSTRASI. Hanggara Patrianta, Direktur Operasi dan Produksi PT Pupuk Kaltim.


Reporter: Fahriyadi | Editor: Djumyati P.

JAKARTA. Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) mengaku keberatan dengan rencana kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) yang diajukan pemerintah dan telah mendapat lampu hijau dari DPR pekan lalu.

Anton Supit Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) mengatakan kenaikan listrik 15% itu menjadi sebuah pukulan telak bagi para pengusaha. Menurutnya dengan kenaikan tersebut, pengusaha di berbagai sektor industri bakal merasakan peningkatan biaya produksi hingga 25%. "Seperti pengusaha tekstil dan es balok yang pemakaian listriknya besar," ujar Anton, Minggu (23/9).

Anton mengatakan bahwa kenaikan produksi tersebut membuat banyak pengusaha mencari cara agar bisa terus bertahan. Namun, Anton mengatakan bahwa pilihan terakhir dan paling ekstrem sebagai imbas dari kenaikan TDL ini adalah pemangkasan karyawan.

"Pilihan ini bukan berarti mengorbankan buruh, melainkan memberikan peringatan kepada pemerintah akan pentingnya memberikan insentif kepada industri dan tak membebani industri yang sudah menyediakan lapangan pekerjaan," kata Anton.

Menurutnya dengan daya saing kita yang turun, seharusnya opsi menaikkan TDL tak ditempuh oleh pemerintah, terlebih kenaikan TDL ini tidak disertai dengan pemberian kompensasi lain.

"Bunga bank masih tinggi, begitu pun biaya pelabuhan, belum lagi upah buruh yang setiap tahun naik, seharusnya pemerintah menurunkan suku bunga dan juga menghapus berbagai pungli yang banyak diterima pengusaha," tandasnya.

Anton menambahkan bahwa mengurangi tenaga kerja memang menjadi jalan tengah bagi pengusaha yang sangat merasakan dampak kenaikan TDL tersebut. Mengganti tenaga kerja dengan mesin menurutnya menjadi salah satu opsi yang sulit buat pengusaha.

Ia mengimbau pemerintah agar berlaku ramah kepada industri padat karya berupa insentif lain atas kenaikan TDL ini. "Di tengah ketidakmampuan pemerintah memperbaiki iklim investasi dan daya saing, naiknya TDL kepada industri jelas menjadi sebuah beban tersendiri," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×