kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

APBN Semakin Terbebani Menanggung Utang Proyek-Proyek Infrastruktur


Minggu, 24 September 2023 / 05:15 WIB
APBN Semakin Terbebani Menanggung Utang Proyek-Proyek Infrastruktur
ILUSTRASI.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) bakal banyak mendapat tekanan. Tak hanya dari sisi fundamental ekonomi, tapi juga persoalan utang proyek-proyek infrastruktur. Terbaru, proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB).

Informasi saja, total pembengkakan biaya (cost overrun) proyek tersebut mencapai US$ 1,2 miliar. Dengan kepemilikan saham 60%, konsorsium badan usaha milik negara (BUMN) kita, harus menanggung US$ 720 juta, setara 60% cost overrun.

Meski begitu, menurut Analis Senior Indonesia Strategic and Economics Action Institution (ISEAI) Ronny P. Sasmita, pasang badan pemerintah agar PT Kereta Api Indonesia (KAI) mendapat utang dari perbankan China atas cost overrun proyek KCJB menambah beban APBN.

Baca Juga: Jokowi Minta Setiap Bulan Ada Ground Breaking Berbagai Proyek di IKN

"Tidak saja menanggung beban resmi pemerintah, tapi juga beban hidden dept dari BUMN-BUMN," kata Ronny kepada KONTAN. Sebab, APBN harus menanggung beban utang yang tak dipungut oleh negara, melainkan oleh entitas usaha kerjasama BUMN dengan pihak lain.

Direktur Pengelolaan Risiko Keuangan Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemkeu) Heri Setiawan menjelaskan, anggaran penjaminan proyek tidak langsung berasal dari APBN, melainkan dana cadangan pemerintah.

"Dana cadangan pemerintah digunakan untuk mem-back up outstanding penjaminan," ungkap Heri kepada KONTAN, Jumat (22/9).

Berdasarkan data Kementerian Keuangan (KemENkeu), realisasi penjaminan proyek infrastruktur sepanjang tahun 2023 baru mencapai Rp 296,6 miliar. Angka ini setara 0,0014% terhadap produk domestik bruto (PDB).

Baca Juga: APBN Semakin Terbebani Menanggung Utang Proyek-Proyek Infrastruktur

Jumlah itu juga masih di bawah batas maksimal penjaminan (BMP) 2023- 2026 yang pemerintah tetapkan sebesar 1,5% terhadap PDB. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 381 Tahun 2022, angka tersebut merupakan batas maksimal bagi pemerintah dalam menerbitkan penjaminan baru atas proyek infrastruktur yang diusulkan dapat jaminan.

Adapun outstanding penjaminan proyek infrastruktur secara kumulatif hingga akhir kuartal II-2023 mencapai Rp 346,3 triliun. Angka ini setara 1,63% terhadap PDB. Sementara komitmen penjaminan proyek infrastruktur mencapai Rp 475,8 triliun, setara 2,23% terhadap PDB.

Heri menegaskan, kapasitas PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII) masih cukup besar untuk melakukan penjaminan. "Gearing ratio-nya atau perbandingan eksposur terhadap equity saat ini di kisaran enam kali. Maksimalnya 12 kali," tegas Heri.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×