CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Angka Pengangguran Masih Tinggi, Bagaimana Jalan Keluarnya?


Rabu, 03 Juli 2024 / 17:28 WIB
Angka Pengangguran Masih Tinggi, Bagaimana Jalan Keluarnya?
ILUSTRASI. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data bahwa hingga Februari 2024 jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 7,2 juta orang.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Angka pengangguran di Indonesia terbilang masih tinggi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat hingga Februari 2024 jumlah pengangguran  di Indonesia mencapai 7,2 juta orang.

Sedangkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia pada Februari 2024 mencapai 4,82%. Jumlah tersebut menurun sekitar 790.000 orang dari periode yang sama tahun sebelumnya dengan tingkat pengangguran terbuka 5,45%

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Teguh Dartanto menilai, untuk mereduksi masalah pengangguran dan setengah menganggur, link and match dunia pendidikan dengan industri perlu diperkuat serta penciptaan lapangan pekerjaan yang berkualitas.

Ia menilai, link and match mungkin tidak terlalu bermasalah bagi universitas ternama seperti Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Institut Teknologi Bandung (ITB). Namun, kata dia, Indonesia bukan hanya UI, ITB dan UGM saja, tetapi ada ribuan perguruan tinggi lain yang mencetak jutaan tenaga kerja baru yang sulit terserap di pasar kerja.

“Perlu dipikirkan bagaimana mendorong penciptaan lapangan kerja baru serta link and match ini benar-benar bisa berjalan dengan baik,” ujar Teguh dalam keterangan tertulisnya, Selasa (3/7).

Baca Juga: Angka Pengangguran Menurun Jadi 7,2 Juta Jiwa Per Februari 2024, Mayoritas Pria

Menurutnya, penguatan link and match menjadi penting. Sebab, ketika pihaknya berinteraksi dengan dunia bisnis, tak jarang yang menjadi topik pembahasan adalah kesulitan mencari talent yang berkualitas. Akan tetapi, di sisi tenaga kerja, sering kali disampaikan bahwa lapangan kerja tidak mencukupi.

Intinya, kata Teguh, dalam hal ini antara strategi transformasi ekonomi yang ditempuh dengan dunia pendidikan tidak sinergi. Ia mencontohkan kebijakan hilirisasi nikel yang membutuhkan banyak ahli metalurgi. Namun di sisi lain, lulusan metalurgi berkualitas di Tanah Air dinilai masih kurang.

“Artinya memang harus ada keselarasan antara transformasi ekonomi, perencanaan ekonomi jangka panjang, dengan bagaimana dunia pendidikan. Ini yang utama selain link and match tadi. Memang dalam konteks besarnya adalah keselarasan antara apa perencanaan ekonomi dengan bagaimana dunia pendidikan itu bergerak memenuhi kebutuhan dunia kerja,” katanya menekankan.

Kemudian, menurut Teguh, pemerintah juga harus fokus bukan saja meningkatkan akses ke pendidikan tapi dibarengi pula dengan peningkatan kualitasnya. Banyak terjadi perguruan tinggi mencetak banyak lulusan yang tidak dibarengi dengan kompetensi di pasar kerja. Pendidikan berkualitas akan mengurangi masalah link and match tersebut.

Oleh karena itu, solusi utamanya memang tidak bisa hanya jangka pendek. Namun jangka menengah dan jangka panjang.

Adapun solusi jangka pendek, lanjut Teguh, bisa ditempuh seperti melalui program kartu prakerja dari pemerintah. Program tersebut pun perlu penyempurnaan dan dilanjutkan oleh pemerintah mendatang.

“Itu mungkin salah satu dari sebuah solusi yang bisa digunakan. Tetapi yang kita dorong juga bukan hanya ada situs dan pelatihan daring dan luring, tetapi setelah pelatihan ini nanti dia kerjanya seperti apa. Harus komprehensif tidak hanya berlatih atau dilatih saja. Tetapi setelah dilatih juga ada penyerapan dan penyerapannya seperti apa,” ungkapnya.

Berikutnya pemerintah perlu memberikan semacam insentif atau tax holiday bagi perusahaan yang mampu menarik banyak tenaga kerja atau industri padat karya. Artinya, insentif jangan hanya diberikan kepada yang berminat investasi saja.

Selain itu, pemerintah juga perlu melakukan sosialisasi terkait pemanfaatan kebijakan super tax deduction bagi dunia usaha dan industri untuk melakukan kerja sama pelatihan/training.

Dengan demikian, kata dia, generasi muda atau angkatan kerja dapat terserap maksimal dan berkontribusi terhadap ketahanan bangsa.

“Generasi muda jangan sampai mereka frustasi. Jangan menjadi beban ke depan sehingga bonus demografi itu hanya isu, hanya jargon atau kesempatan saja. Tapi harus diwujudkan jadi nyata untuk kemajuan bangsa,” kata Teguh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×