Reporter: Dikky Setiawan | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Perseteruan kubu Anas Urbaningrum dan kubu Partai Demokrat semakin memanas. Kini, Anas yang merupakan mantan Ketua Umum Partai Demokrat meminta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memeriksa Ketua Dewan Pembina Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan putranya, Edhie Baskoro (Ibas) terkait aliran dana ke Kongres Demokrat 2010.
Permintaan Anas tersebut akan disampaikan langsung ke KPK saat kliennya menjalani pemeriksaan usai Lebaran nanti. Pekan lalu, sedianya Anas diperiksa KPK. Namun Anas meminta penjadwalan ulang setelah Lebaran.
Kuasa hukum AnasĀ Firman Wijaya mengatakan, jika KPK mengusut Anas terkait dana pada Kongres Demokrat di Bandung tahun 2010, maka KPK juga harus memeriksa calon ketua umum lainnya yakni Andi Mallarangeng. "SBY dan Ibas menjadi tim sukses Andi Mallarangeng,seharusnya diperiksa juga kalau bicara kongres," tegas Firman Wijaya di Jakarta, Senin (5/8) kemarin.
Firman mengatakan, hasil investigasi tim kuasa hukum Anas menemukan tim sukses calon ketua umum Partai Demokrat, masing-masing punya sumber pendanaan.
Khusus untuk Andi Mallarageng, tim kuasa hukum Anas pekan lalu telah menyerahkan bukti berupa keping CD yang berisi dugaan dana mencurigakan yang dipergunakan Andi Mallarangeng. Firman menyebut, dalam CD tersebut juga terdapat klaim dukungan dari SBY dan Ibas untuk Mallarangeng. .
Firman menilai SBY dan Ibas miliki peran penting dalam pelaksanaan kongres. Apalagi, Ibas merupakan salah satu bagian inti dari kongres dan bahkan sudah mendeklarasikan secara resmi kepada media mengenai dukungannya kepada Andi Mallarangeng.
Dengan bukti tersebut, Firman berharap penyidikan KPK tidak hanya menyentuh kliennya saja. Melainkan juga kepada seluruh pendukung dan tim sukses calon ketua umum karena KPK mencurigai adanya dana haram yang masuk ke kongres di Bandung.
CD yang diserahkan tim kuasa hukum Anas berhasil didapatkan wartawan. CD tersebut berisi tiga video klip terkait iklan kampanye Andi Mallarangeng. Klip pertama berjudul AM For Demokrat 1 dengan durasi 30 detik.
Video itu diawali cuplikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Ani Yudhoyono yang tampak di sebuah ruang kerja. Berganti dengan cuplikan Andi bersanding dengan SBY serta tulisan "Berjuang untuk Rakyat" dan "Lahir untuk Rakyat".
Kemudian dilanjutkan Andi bersama para mahasiswa dan Andi dengan putra SBY, Edhi Baskoro (Ibas), dengan motto "Siap Lanjutkan Perjuangan". Keduanya juga tampak menunjukkan lambang segitiga, yang merupakan lambang partai demokrat.
Di Video klip kedua, pada pembukaannya tertulis www.edhibaskoro.com. Video yang berjudul Kongres II Demokrat itu merekam isi wawancara TV One yang dipresenteri Tina Talisa dengan Ibas. Wawancara itu bertema pemilihan ketum akan memakai sistem e-voting, dengan Ibas selaku Ketua Steering Committe Kongres Demokrat.
Ibas saat itu berbicara mengenai sistem e-voting yang akan digunakan untuk pemilihan Ketum Demokrat. Video itu berdurasi 2 menit 30 detik.
Sementara, Video klip yang ketiga berdurasi 1 menit berjudul AM siap menjadi pemimpin Demokrat. Tampak Andi saat itu berpidato di depan semua pengurus dan Kader Demokrat.
"Saya akan merangkul semua untuk memberikan peluang kepada semua peserta serta menjadikan politik di dalam partai kita sebagai jalan untuk membangun kebersamaan bukan untuk mempertajam perbedaan apalagi perpecahan," begitu isi kutipan pidato Andi dalam video tersebut.
Terlihat dari barisan pendukung Andi, dari Hartati Murdaya selaku anggota dewan pembina saat itu, Jero Wacik dan Amir Syamsudin. Terakhir dalam isi video itu, Ibas turut berpidato mendukung Andi.
Wakil Ketua KPK, Busyro Muqoddas telah mengatakan bahwa yang disampaikan kubu Anas adalah sesuatu yang wajar bagi seorang yang sudah mempunyai status hukum. "Itu lumrah kalau Anas mengatakan seperti itu menjadi spirit keadilan bagi Anas," kata Busyro beberapa waktu lalu.
Meski begitu, Busyro menegaskan bahwa pihaknya tidak terpengaruh dengan permintaan kubu Anas. Menurutnya, KPK dalam melakukan penyelidikan dan penyidikan tidak berdasarkan asumsi atau desakan siapapun."Kami bekerja on the track, berdasarkan alat bukti, bukan target-mentarget," kata Busyro. (Tribunnews.com)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News