kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Anas manfaatkan nama istri untuk terima uang


Jumat, 29 Agustus 2014 / 21:38 WIB
Anas manfaatkan nama istri untuk terima uang
ILUSTRASI. Perpanjang SIM Langsung Jadi, Berikut Jadwal SIM Keliling Jakarta Hari Ini (16/3)


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Hubungan mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum dengan Direktur Utama PT Dutasari Citralaras sangat dekat. Melalui perusahaan milik Machfud tersebut, Anas fee proyek-proyek, termasuk proyek Hambalang yang dikerjakan oleh PT Dutasari Citralaras.

Hal ini diungkapkan Direktur Operasional PT Dutasari Citralaras Roni Wiyaja dalam persidangan kasus dugaan penerimaan gratifikasi terkait proyek Hambalang dan proyek-proyek lainnya serta tindak pidana pencucian uang dengan terdakwa Anas Urbaningrum di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), Jakarta, Jumat (29/8).

Lebih lanjut menurut Roni, Machfud mengenal Anas sejak tahun 2004 silam. Sejak itu, keduanya hampir setiap pekan bertemu. Karena kedekatan tersebut ungkap Roni, Machfud kerap menyumbangkan uang untuk Anas.

"Hampir seminggu sekali, seminggu dua kali kan rutin. Dari semua kegiatan Pak Anas ada Pak Machfud ngomong mau bantu, ngasih," kata Roni.

Pada tahun 2008, dirinya bersama Machfud membentuk perusahaan yang diberi nama PT Dutasari Citralaras. Tidak hanya Machfud dan Roni, dalam akta kepemilikan saham perusahaan tersebut, terdapat pula nama istri Anas, Athiyyah Laila yang menjabat sebagai komisaris.

Sementara Machfud sebagai Direktur Utama dan Roni sebagai Direktur Operasional. Belakangan, PT Msons Capital, perusahaan milik Munadi Herlambang juga masuk dalam daftar kepemilikan saham perusahaan tersebut.

Awalnya kata Roni, perusahaan ini dibentuk untuk membangun hutel di Yogyakarta dan Surabaya. Namun, rencana tersebut hingga kini tidak terealisasi. Hingga akhirnya, PT Dutasari Citralaras mendapatkan proyek mekanikal elektrikal sebesar Rp 324 miliar pada tahun 2010 sebagai subkontraktor dari KSO PT Adhi Karya-PT Wijaya Karya.

Pada Tahun 2011, Roni mengaku diperintahkan Machfud untuk menghilangkan nama Athiyyah dalam daftar kepemilikan perusahaan tersebut. Saat itu, kasus korupsi Wisma Atlet Sea Games di Palembang mulai mencuat dan menyeret mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin sebagai tersangka.

Menurut Roni, ia diperintahkan Machfud untuk segera menghubungi notaris yang bisa menghilangkan nama Athiyyah. Menurut Roni penghilangan nama Athiyyah merupakan bagian rekayasa Machfud dan Anas. "Rekayasa dibuat untuk menutupi audit BPK dan KPK," imbuh Roni.

Meski nama Athiyyah sempat tercantum dalam bagian pemilik perusahaan, Roni mengaku Athiyyah tak sepeser pun merima keuntungan perusahaan. Keuntungan perusahaan kata Roni, malah diterima oleh Anas.

Menurut Roni, Anas pernah menerima fasilitas ke Hongkong dan Singapura dengan dibiayai oleh perusahaannya melalui Machfud. Machfud kata Roni, pernah meminta cek perusahaan senilai Rp 10 juta, Rp 20 juta, dan Rp 30 juta untuk kepentingan Anas. Hingga nilai uang terbesar yang pernah dimintakan Machfud sebesar Rp 200 juta untuk kepentingan pemenangan Anas dalam Kongres Partai Demokrat di Bandung 2010 silam.

Kesaksian ini memperkuat kesaksian sopir Mahfud, Yanto Sutrisno dalam persidangan sebelumnya. Yanto mengungkapkan bahwa dirinya pernah mengantar Machfud  untuk menyerahkan uang di dalam katong kresek hitam sebanyak tiga kali ke kediaman Anas di Duren Sawit, Jakarta Timur dan empat kali ke Pacific Place.

Kendati demikian Anas membantah semua keterangan ini. Ia mengaku tidak pernah menerima uang dari Machfud. Kepergian ke Hongkong dan Singapura dibenarkan Anas. Kendati demikian menurutnya, perjalanan tersebut menggunakan biayanya sendiri.

"Betul saya pergi ke Singapura dan ke Hongkong, alhamdulillah tiketnya beli sendiri, tidak pernah tiketnya dibelikan," imbuhnya.

Sementara itu, terkait nama Athiyyah dalam daftar kepemilikan PT Dutasari Citralaras, Anas mengaku dirinya telah meminta Athiyyah untuk mengundurkan diri sebagai komisaris perusahaan tersebut pada tahun 2009 lantaran saat itu Anas mulai maju sebagai Anggota DPR. Namun saat itu menurut Anas, pengunduran diri istrinya tersebut belum juga diproses perusahaan. Pengunduran diri baru diproses tahun 2011 saat ada serangan-serangan dari Nazaruddin terhadap Anas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×