kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.929   -54,00   -0,34%
  • IDX 7.297   -17,34   -0,24%
  • KOMPAS100 1.118   -3,57   -0,32%
  • LQ45 886   -5,14   -0,58%
  • ISSI 223   0,46   0,20%
  • IDX30 455   -3,23   -0,70%
  • IDXHIDIV20 550   -3,24   -0,59%
  • IDX80 128   -0,50   -0,39%
  • IDXV30 137   -0,26   -0,19%
  • IDXQ30 151   -1,06   -0,70%

Analis: Skenario New Normal pertanda pemerintah kurang mampu tangani Covid-19


Rabu, 20 Mei 2020 / 05:40 WIB
Analis: Skenario New Normal pertanda pemerintah kurang mampu tangani Covid-19
ILUSTRASI. Pelaksanaan rapid test di lingkungan Kementerian Koperasi dan UKM. Akan ada kebijakan kriteria ASN yang masuk kantor usai lebaran di Kemenkop dan UKM. Foto: DOK Kemenkop dan UKM


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - BEKASI. Pemerintah Indonesia belakangan ini menggaungkan istilah new normal atau pola hidup normal versi baru. New normal yang dimaksud yakni menitikberatkan perubahan budaya masyarakat untuk berperilaku hidup sehat di tengah pandemi Covid-19 atau beradaptasi dengan Covid-19. 

Padahal kasus Covid-19 di Indonesia sendiri sampai saat ini masih belum terlihat ujungnya. Saat penerapan new normal nanti, beberapa sektor kegiatan yang tadinya ditutup diindikasi akan dibuka kembali.

Menanggapi hal itu, Analis Kebijakan Publik dari Universitas Trisakti, Trubus Rahardiansyah menilai itu merupakan pertanda Pemerintah kurang mampu menangani Covid-19.

Baca Juga: New normal bergantung data digital, ini cara mengamankannya

“Jadi menurut saya ini memang di mana Pemerintah kurang mampu menangani Covid-19, jadi (kebijakannya) agak gagap kebingungan. Bingung mau menanganinya bagaimana,” ucap Trubus saat dihubungi Kompas.com, Selasa (19/5/2020). 

Menurut Trubus, penyebaran kasus Covid-19 justru akan semakin masif jika beberapa sektor usaha dibuka kembali. Bahkan khawatirnya tidak bisa lagi terkontrol karena pergerakan masyarakat begitu tinggi. Buktinya, di dalam transportasi commuterline yang telah diterapkan sistem protokol pencegahan Covid-19 saja masih ditemukan kasus baru dengan status orang tanpa gejala (OTG). Apalagi ketika sektor usaha yang sebelumnya ditutup dibuka kembali.

Baca Juga: Pelni Siap Terapkan The New Normal Life

"Masalah Covid-19 ini malah jadi sulit tertangani meskipun pakai protokol Covid-19 karena bisa jadi banyak muncul OTG baru,” kata Trubus. 

Menurut dia, penyebaran OTG ini malah lebih berbahaya dari pasien positif Covid-19 biasanya. Sebab OTG bisa saja menjadi carrier atau pembawa ke siapa saja, tetapi tak terdeteksi karena tak menimbulkan gejala. “OTG ni malah rentan mengenai sanak saudara istrinya. Meski normal tapi nantinya kita menderita, lalu kondisi gagap bingung muncul menjadi panik,” kata dia. 

Ia mengatakan, sampai saat ini kasus Covid-19 terus meningkat tajam tiap harinya. Apalagi nantinya diprediksi ada puncak gelombang kedua kasus Covid-19. Hal itu sangat kontradiktif dengan kebijakan Pemerintah yang hendak menerapkan hidup new normal. “Ini kebijakannya kontradiktif dengan penyebaran Covid-19 yang meningkat,” ujar Trubus. 

Baca Juga: IPC mulai siapkan skenario The New Normal di pelabuhan

Pasalnya saja dalam 24 jam sejak Senin (18/5/2020) hingga Selasa (19/5/2020) pukul 12.00 WIB ada 486 kasus baru Covid-19 di Indonesia. Penambahan itu menyebabkan kini ada 18.496 kasus Covid-19 di Indonesia, terhitung sejak kasus diumumkan tanggal 2 Maret 2020. Jumlah tersebut pun belum terlihat seluruhnya lantaran ada beberapa daerah yang wilayahnya belum tersentuh pemeriksaan kasus Covid-19. Negara Indonesia hanya sanggup memeriksa 0,6 orang per 1.000 penduduk. 

Baca Juga: Jubir pemerintah: New Normal itu adalah perubahan budaya, bukan perubahan PSBB

“Ini seperti fenomena gunung es sementara di bawah begitu besar (yang tidak terdeteksi Covid-19) apalagi ada persisi Covid gelombang kedua, ini kan harusnya bisa kita antisipasi,” tutur dia.  

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Gaungkan Skenario New Normal, Pemerintah Dianggap Gagap Tangani Covid-19"
Penulis : Cynthia Lova
Editor : Jessi Carina 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Banking and Credit Analysis Working with GenAI : Promising Use Cases

[X]
×