kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Ekonom: Cadev rekor, kondisi moneter akan kuat


Senin, 07 Agustus 2017 / 19:09 WIB
Ekonom: Cadev rekor, kondisi moneter akan kuat


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Posisi cadangan devisa (cadev) Indonesia akhir Juli 2017 tercatat US$ 127,76 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan posisi akhir Juni 2017 yang sebesar US$ 123,09 miliar. Posisi ini kembali menjadi posisi tertinggi cadev Indonesia sepanjang masa.

Ekonom Maybank Indonesia Juniman mengatakan, dengan pencapaian cadev ini, sampai akhir tahun Bank Indonesia (BI) dan pemerintah punya modal untuk melakukan stabilisasi nilai tukar. Pasalnya, tahun ini ada berbagai risiko, termasuk kenaikan suku bunga The Fed.

“Dengan adanya cadev ini, kondisi moneter akan kita lebih kuat. External balance kita juga lebih kuat. Dan itu akan positif bagi investor asing,” kata Juniman kepada KONTAN, Senin (7/8).

Persepsi positif dari investor asing ini, menurut Juniman, bakal tetap ada walaupun mereka tahu posisi cadev ini bersifat sementara karena sebagian besar ditopang oleh utang. Ia mengatakan, kenaikan cadev bulan Juli ini lebih banyak didukung oleh penerbitan obligasi pemerintah.

“Di Juli ada penerbitan obligasi euro, dollar juga ada. Kemudian, di sisi lain juga ada penerbitan obligasi samurai bond yang juga dicatatkan pada Juli. Jadi tidak heran kalau kenaikannya tinggi sekali dari Juni. Ada penambahan dari sisi trade atau ekspor impor, tapi itu tidak terlalu banyak,” ia melanjutkan.

Juniman optimistis, ke depannya, sampai akhir tahun cadev akan berada di posisi US$ 125 miliar kalaupun ada penggunaan oleh pemerintah. Namun, pemerintah perlu mencermati risiko sampai akhir tahun.

Selain The Fed, lanjutnya, pemerintah harus perhatikan geopolitik di semenanjung Korea, Eropa, juga kondisi di China yang walau pertumbuhan ekonominya stabil, tetapi ada permasalahan pada mikronya dari sisi perbankan.

“Pemerintah harus mencermati ini, apalagi pertumbuhan ekonomi kita flat di kuartal II. Artinya ada tugas berat untuk mencapai 5,2%,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×