kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Alasan Jokowi Yakin Stop Ekspor Tembaga Dapat Dilakukan Tahun Ini


Rabu, 01 Februari 2023 / 11:42 WIB
Alasan Jokowi Yakin Stop Ekspor Tembaga Dapat Dilakukan Tahun Ini
ILUSTRASI. Usai Nikel dan Bauksit, Jokowi Berencana Akan Stop Ekspor Bahan Mentah Tembaga. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/aww.


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Joko Widodo (Jokowi) berencana melakukan penghentian ekspor bahan mentah dari tembaga tahun ini. Sebelumnya langkah sama telah dilakukan pada nikel dan pada Juni tahun ini ekspor bahan mentah bauksit akan menyusul.

"Ini nikel sudah stop, saya sudah sampaikan lagi bauksit di Desember kemarin, bauksit stop di bulan Juni. Nanti sebentar lagi saya mau umumkan lagi tembaga, stop tahun ini," kata Jokowi dalam Kanal YouTube Sekretariat Presiden, Rabu (1/2).

Rencananya penghentian ekspor bahan mentah tembaga berkaca pada smelter milik PT Freeport Indonesia dan PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) sudah 50% lebih jadi.

"Karena saya cek smelternya Freeport dan smelter yang ada di NTB sudah lebih dari 50% jadi. Freeport itu sudah 51%. Jadi berani kita stop. Dan ingat Freeport itu sudah mayoritas milik kita. Jangan terbayang-bayang lagi Freeport masih milik Amerika kita. Sudah mayoritas kita miliki," tegasnya.

Baca Juga: Ekspor Tembaga Bakal Dihentikan, Apa yang Terjadi dengan Nasib Freeport?

Ia menjelaskan, langkah pemerintah menghentikan ekspor bahan mentah mineral lantaran sebagai eksportir bahan mentah mineral yang besar, Indonesia justru masih mini dalam produksi barang hilirisasinya. Padahal dengan hilirisasi nilai tambah yang didapat negara lebih besar.

Ia mencontohkan bauksit. Dimana Indonesia menjadi urutan ke tiga di dunia sebagai pengekspor bahan mentahnya. Namun sayangnya, justru untuk ekspor aluminium Indonesia ada di urutan 33.

"Mentahnya nomor 3 kok barang setengah jadi barang jadinya nomor 33. Apalagi ekspor panel surya itu kita nomor 31, padahal bahannya ada disini," jelasnya.

Ia menambahkan, jika Indonesia bisa merambah pada produksi panel surya, Jokowi menyebut nilai tambah yang didapat negara bisa 194 kali. Hal tersebut melompat jauh ketimbang hanya melakukan ekspor bahan mentah saja. Namun, selama ini Indonesia terlalu nyaman hanya melakukan ekspor bahan mentah.

"Kita terlalu nyaman dengan ekspor mentahan, karena memang paling cepat dapat duitnya dan tidak pusing pikirannya. Gali kirim, gali kirim, nikel sama gali kirim, gali kirim. Nggak mau mikir kita. Memang mungkin industri kan pusing kita memang, tapi nilai tambah tadi 194 kali," imbuhnya.

Indonesia dinilai harus mencontoh China. Dimana China menjadi nomor 18 ekspor bahan mentah (bijih/ore). Namun China bisa jadi nomor satu di dunia untuk ekspor panel surya. Padahal bahan mentah panel surya yang diproduksi China didapatkan dari Indonesia.

Baca Juga: Larangan Ekspor Tembaga Tidak Ada Perubahan, Freeport dan Amman Harus Ikuti Aturan

"RRT ekspor panel suryanya nomor satu di dunia. Terus barangnya ini dari mana? bahan mentahnya dari mana? ini 80% lebih dari kita," ungkapnya.

Jokowi menegaskan, konsistensi dalam hilirisasi menjadi kunci. Keberhasilan hilirisasi di nikel harus jadi contoh untuk merambah ke sektor lain. Hilirisasi yang akan membuat Indonesia berkembang menjadi negara maju.

"Proyeksi dampak imunisasi minerba dan migas itu akan menambah PDB kita sebesar 699 US dollar dan lapangan kerja yang akan terbuka untuk diangkat 8,8 juta, ini dampak yang besar sekali," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×