Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti mengatakan, nilai matematika Tes Kemampuan Akademik (TKA) jenjang SMA 2025 terbilang buruk.
Hal itu diungkapkan Mu'ti dalam pembukaan Musyawarah Nasional ke-20 Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) di Jakarta, Rabu (19/11/2025) lalu.
"Saya bocorkan di sini walaupun belum taklimat, TKA 2025 yang kita selenggarakan itu matematikanya juga jeblok-blok-blok-blok," kata Mu'ti.
Mu'ti mengatakan, nilai matematika yang jelek itu bukan disebabkan karena siswa-siswa jenjang SMA sederajat bodoh dalam mengerjakan soal matematika.
Rendahnya numerasi siswa-siswa di Indonesia terjadi karena mungkin buku yang digunakan untuk belajar dan cara guru mengajarkan tidak membuat siswa ingin terus belajar matematika.
Mu'ti juga menyinggung masalah rendahnya numerasi siswa-siswa di Indonesia yang menurut Mu'ti disebabkan adanya anggapan bahwa Matematika adalah materi yang sulit.
Oleh karena itu, kini pemerintah tengah menyiapkan agar anak-anak bisa mulai suka dengan pelajaran Sains, Teknik, Teknologi, dan Matematika (STEM).
"Jadi STEM itu buku-buku Science yang Science, Technology, Engineering, and Math itu kita kembangkan dalam buku-buku sains yang mudah, murah dan menyenangkan," ujarnya.
Baca Juga: Masuk Desil 1–4? Anda Berpeluang Terima BLT Rp 900.000
Sebelumnya, Abdul Mu'ti juga pernah mengungkap alasan pembelajaran STEM di Indonesia masih dinilai sulit oleh siswa-siswa di Indonesia.
Pemerintah Gulirkan Gerakan Numerasi Nasional
Hal itu, menurut Mu'ti, berpengaruh pada terus menurunnya skor Programme for International Student Assessment (PISA) Indonesia.
Oleh karena itu, pemerintah kini mulai menggulirkan Gerakan Numerasi Nasional yang membangun budaya numerasi sejak dini dengan cara menyenangkan.
"Agar anak-anak Indonesia tidak hanya terampil berhitung, tetapi juga memiliki kemampuan berpikir kritis, logis, dan adaptif dalam kehidupan sehari-hari," kata Mu'ti di Jakarta Selatan, Selasa (28/10/2025).
Mu'ti juga menekankan pentingnya mempelajari STEM dengan metode yang Mudah, Murah, dan Menarik (3M) dan mendorong pembelajaran matematika sejak Taman Kanak-kanak (TK).
Baca Juga: Viral Deposit Kerja Rp 1 Juta, Kemenaker: Tidak Sah dan Dilarang!
Pendekatan Pembelajaran Lebih Menyenangkan
Namun tentunya dengan pendekatan yang lebih menyenangkan karena disampaikan sambil bermain.
"Kami mendorong Matematika mulai diajarkan dari jenjang Taman Kanak-kanak (TK), lewat konsep dasar dan kegiatan bermain logika yang sederhana," ujarnya.
Selain STEM yang masih dianggap sulit, masalah pemerataan pendidikan juga masih menjadi salah satu yang memengaruhi skor PISA Indonesia.
Utamanya pemerataan akses pendidikan, khususnya bagi daerah Tertinggal, Terdepan dan Terluar (3T) yang hingga kini masih menghadapi keterbatasan sarana dan tenaga pendidik.
"Kesenjangan mutu pendidikan yang masih terlihat antarwilayah, antara sekolah negeri dan swasta, maupun antara kawasan perkotaan dan pedesaan," ungkapnya.
"Ketiga adalah peningkatan kualitas lulusan murid Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)," lanjut dia.
Tonton: Prabowo Akan Kejar Uang Hasil Korupsi untuk Danai Program Pendidikan
Kesimpulan
Pesan utama dari pernyataan Mendikdasmen adalah bahwa rendahnya nilai matematika pada TKA 2025 bukan soal kemampuan siswa, tetapi lebih pada pendekatan pembelajaran yang belum efektif, kualitas materi yang kurang menarik, dan persepsi negatif yang sudah terbentuk sejak awal. Pemerintah sedang menyiapkan langkah pembenahan melalui pendekatan STEM yang lebih mudah, murah, dan menyenangkan, termasuk mengajarkan matematika sejak TK, serta menggerakkan program numerasi nasional. Namun, tantangan terbesar tetap pada ketimpangan kualitas pendidikan di berbagai wilayah dan kesiapan tenaga pendidik.
Artikel ini sudah tayang di Kompas.com berjudul "Mendikdasmen Ungkap Nilai Matematika TKA 2025 Jeblok"
Selanjutnya: Fitur Andalan iPhone 16 Pro Lebih Baik dari Punya iPhone 16? Cek Infonya di Sini
Menarik Dibaca: Fitur Andalan iPhone 16 Pro Lebih Baik dari Punya iPhone 16? Cek Infonya di Sini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













