Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Bank Indonesia (BI) berkerjasama dengan pemerintah pusat dan pemerintah daerah mendorong sektor agroindustri dan pariwisata untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, inklusif, dan berkelanjutan di Jawa Barat. Kedua sektor tersebut dinilai menjadi sektor potensial di Jawa Barat, khususnya bagian selatan.
Kepala Kantor Perwakilan BI Provinsi Jawa Barat Wiwiek Sisto Widayat mengatakan, Jawa Barat selalu mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional. Di tahun lalu misalnya, Jawa Barat mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 5,67% dari pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,02%.
Adapun kontribusi ekonomi Jawa Barat ke ekonomi nasional mencapai 13%-15%. Dengan capaian itu kata Wiwiek, Jawa Barat menempati posisi pertumbuhan ekonomi tertinggi ketiga setelah Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Timur.
Adapun ekonomi Jawa Barat saat ini disumbang oleh sektor pengolahan sebesar 42%-43%. Empat sektor tertinggi penyumbang ekonomi Jawa Barat lainnya, yaitu industri perdagangan besar, kecil, dan eceran sebesar 15%, pertanian, perikanan, dan peternakan 9%, konstruksi 7%, dan perdagangan 4,5%.
"Kalau ekonomi Jawa Barat turun maka kontribusi ke nasional turun. Kami tidak ingin Jawa Barat turun. Apalagi saat industri pengolahan sedang turun. Maka kami mencari sumber ekonomi baru," kata Wiwiek saat acara bincang media di Hotel Intercontinental, Bandung, Selasa (26/9).
Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo mengatakan, sayangnya, Jawa Barat menghadapi isu ketimpangan antara daerah selatan dan daerah utara.
Pertumbuhan ekonomi daerah-daerah di Jawa Barat bagian selatan lanjut dia, cenderung lebih rendah dibandingkan rata-rata wilayahnya. Beberapa diantaranya, yaitu di wilayah Pandeglang, Sukabumi, Ciamis, Cianjur, dan Garut.
Tak hanya itu, ketimpangan pendapatan di Jawa Barat juga menjadi perhatian serius. Sebab, 71% produk domestik regional bruto (PDB) Jawa Barat juga disumbang oleh kabupaten atau kota di Utara Jawa Barat. Begitu juga dengan pendapatan per kapita tertinggi yang berada di bagian utara.
Oleh karena itu kata Dody, hasil kajian pihaknya, sektor-sektor potensial yang dapat mendukung ekonomi di Jawa Barat, yaitu otomotif, industri kecil menengah (IKM) dengan nilai tambah yang tinggi seperti fesyen dan tekstil, pariwisata seperti Pengandaran, Ciwidey, Bandung Kota, dan Tangkuban Perahu, hingga pertanian, seperti teh, kopi, kakao, jagung.
Sektor potensial khusus di wilayah Jawa Barat bagian selatan, yaitu agroindustri dan pariwisata. "Itu akan mendorong nilai tambah yang lebih tinggi, mendorong penyerapan tenaga kerja lebih besar, mendorong devisa ekspor dan mendorong keunggulan komparatif dari itu," kata Dody.
Hal tersebut akan dibahas dalam Rapat Koordinasi Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Bank Indonesia (Rakorpusda) di Bandung, Rabu (27/9) besok. Acara itu akan dihadiri oleh Gubernur BI Agus Martowardojo beserta jajarannya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basiku Hadimuljono, dan beberapa menteri lainnya.
Selain membahas sektor-sektor ekonomi yang potensial di Jawa Barat, Rakorpusda tersebut juga akan membahas persoalan infrastruktur yang dapat mendukung sektor-sektor tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News