kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ekonom: Penurunan bunga BI mengejutkan


Senin, 25 September 2017 / 22:32 WIB
Ekonom: Penurunan bunga BI mengejutkan


Reporter: Sanny Cicilia | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - Kebijakan Bank Indonesia (BI) memangkas bunga acuan 25 basis poin menjadi 4,25% pada bulan ini dianggap cukup mengejutkan. Ini kali kedua BI menggunting bunga, sehingga dalam dua bulan terakhir, 7-Day Reverse Repo Rate (7DRRR) turun 50 basis poin. 

Kepala Ekonom PT CIMB Niaga Tbk Adrian Panggabean dan tim ekonomnya mengaku cukup terkejut karena langkah BI dilakukan di tengah pengetatan ekonomi Amerika Serikat dan Eropa. 

Bank sentral AS The Federal Reserve berencana memangkas aset di bulan Oktober, lebih awal dari rencana sebelumnya. Sementara Uni Eropa berencana melakukan tappering.

"Prospek akan segera terjadinya divergensi global dalam kebijakan moneter menyebabkan ruang pelonggaran moneter sebenarnya cenderung menyempit," kata Adrian dalam rilis yang diterima Kontan.co.id, Senin (25/9).  

Menurut Adrian, penurunan bunga yang cenderung agresif bisa memunculkan spekulasi bahwa momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah merosot jauh di bawah potensi pertumbuhannya.

Apalagi, pertumbuhan ekonomi semester I-2017 sebesar 5,01%. Jika pertumbuhan ekonomi di semester II-2017 mencapai 5,1%, total pertumbuhan ekonomi di bawah target pemerintah dan Bank Indonesia. Pemerintah dalam APBN menargetkan pertumbuhan ekonomi 5,2%, sedangkan BI memperkirakan laju ekonomi 5,0%-5,4%. 

Ada beberapa catatan dari CIMB Niaga atas langkah BI ini. Pertama, jika BI memang ingin mendorong kredit pinjaman supaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi, sebaiknya bank sentral juga menurunkan bunga operasi moneter 12 bulan ke kisaran 5,25%-5,35%.

Dengan begitu, bunga deposito perbankan 12 bulan bisa turun ke kisaran 6%. Dengan begitu, bunga JIBOR bertenor 3 bulan akan susut ke 4,7% dan 4,8%, yang ujungnya memicu katalis kredit pinjaman bank berbasis JIBOR.

Kedua, mengasumsikan US Treasury 10 tahun tetap di rentang 2,1%-2,5% dan Credit Default Swap (CDS) di kisaran 100, maka yield Surat Utang Negara (SUN) 10 tahun terbuka turun ke arah 5,9%-6,3%.

Ketiga, jika JIBOR 3 bulan turun di tengah kuatnya divergensi, mengindikasikan makin rendahnya swap rate antara USD/IDR. "Saya memperkirakan, swap rate bisa turun 50 basis poin dari angka 4% di minggu lalu," tulis ekonomi CIMB Niaga.

Keempat, bahkan dengan penurunan bunga JIBOR, deposito, dan yield obligasi, Adrian memperkirakan, rata-rata tertimbang sukubunga pinjaman working capital dan investment tampaknya hanya bisa turun kearah 10% pada akhir 4Q2017 dan 1Q2018. 

Jika bunga acuan 4,25% bisa dipertahankan selama paling tidak 4 kuarta, barulah suku tertimbang suku bunga pinjaman bisa turun ke arah 9,5%. Adrian mengusulkan, plafon atau capping bunga deposito tak hanya melibatkan bank-bank raksasa tapi juga bank di kategori BUKU 2.

Kelima, efek penurunan suku bunga 7DRRR sebanyak 50 bps tidak serta merta menyebabkan naik drastisnya volume kredit pinjaman perbankan. 

"Kalkulasi saya mengindikasikan bahwa sampai akhir tahun 2017 pertumbuhan kredit pinjaman (loan growth) hanya akan mencapai angka 9%," kata Adrian. 

Tahun 2018, dengan asumsi dipertahankannya suku bunga 7DRRR pada angka 4,25%, maka laju pertumbuhan kredit baru akan mencapai 11% di 4Q2018.

Dengan skenario tersebut, Adrian mempertahankan target pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia di 2017 pada angka 5,1%, dan pada tingkat rerata inflasi tahunan pada kisaran 3,8% – 3,9%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×