kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Agar Devisa Hasil Ekspor Betah Tinggal dalam Negeri, Ini yang Dilakukan BI


Kamis, 03 November 2022 / 15:27 WIB
Agar Devisa Hasil Ekspor Betah Tinggal dalam Negeri, Ini yang Dilakukan BI
Aktivitas bongkar muat petikemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (22/1). Agar Devisa Hasil Ekspor Betah Tinggal dalam Negeri, Ini yang Dilakukan BI.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Bank Indonesia (BI) tengah mempertimbangkan untuk memberi gula-gula insentif untuk membuat para eksportir betah memarkirkan devisa hasil ekspor (DHE) di dalam negeri. 

Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, insentif yang tengah digodok ini bisa berupa insentif pajak maupun insentif mekainsme suku bunga yang lebih menarik. 

“Kami sedang berkoordinasi termasuk dengan perbankan, agar eksportir yang punya DHE ini bisa betah lebih lama. Jadi, tidak hanya masuk, tetapi bertahan lebih lama di dalam negeri,” terang Perry dalam konferensi pers Stabilitas Sistem Keuangan IV, Kamis (3/11) secara daring. 

Baca Juga: Masuknya Pasokan Valas Belum Jamin Sokong Otot Rupiah, Ini Alasannya

Ia menambahkan, DHE yang masuk ini akan menambah suplai valas dalam negeri. Dengan demikian, ini bisa menambah kuat otot rupiah dalam menghadapi ketidakpastian global yang tengah berlangsung. 

Sebenarnya, Kontan.co.id pernah mendapatkan data bahwa DHE yang masuk ke perbankan dalam tujuh bulan pertama tahun ini sudah mencapai sekitar US$ 155 miliar. Ini kurang lebih 93,5% dari total ekspor periode Januari hingga Juli 2022 yang sebesar US$ 166,70 miliar.

Deputi Gubernur BI Juda Agung mengungkapkan, sekitar 70% dari total tersebut secara neto masih ada di dalam negeri. Namun, ini digunakan para eksportir untuk kebutuhan perdagangannya, seperti membayar impor maupun membayar kewajiban utang. 

Baca Juga: Risiko Krisis Sektor Properti China

Namun, Juda menegaskan sebagian besar atau sekitar 50% DHE yang masuk tersebut sudah dikonversi ke dalam rupiah. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×